Senin, 14 Juli 2014

Tempat Tinggal Tidak Bersih

Seseorang bertanya, "Saat Mahaguru Lu bertapa di Danau Daun, 7 Buddha muncul. Mahaguru Lu mengundang kehadiran 7 Buddha, namun, 7 Buddha malah mengatakan rumah Mahaguru Lu tidak bersih, apakah Buddha masih ada perbedaan bersih dan kotor?"

Saya menjawab:

Saya jelaskan lebih dulu lewat sebuah contoh:

Ada seorang umat se-Dharma, meminta petunjuk saya mengenai masalah memasang "altar" (altar sembahyang), saya memberitahunya:

"Pasanglah di sebelah kiri ruang tamu!"

"Tidak boleh, bagian atasnya adalah toilet lantai atas, bukankah itu berarti kepala Buddha kena kotoran."

"Pasanglah di kamar tidur!"

"Tidak boleh, bagian bawah kamar tidur pas berada di toilet lantai bawah, bukankah itu berarti jatuh ke kubang kotoran."

"Pasanglah di kamar tidur utama!"

"Tidak boleh, itu kamar tidur istri dan saya, hubungan intim kami bisa mengotori mata Buddha."

"Pasanglah di koridor!"

"Tidak boleh, fengshuinya tidak sesuai."

"Pasanglah di dapur!"

"Tidak boleh, fengshuinya tidak sesuai."

"Pasanglah di kamar mandi!"

"Tidak boleh, fengshuinya jauh tidak sesuai."

"Pasanglah di gudang!"

"Tidak boleh, tidak sopan pada Buddha. Lagipula tidak cukup luas."

"Pasanglah......"

"Tidak boleh........."

Saya tertawa, "Ini tidak boleh, itu juga tidak boleh, kalau begitu, mau dipasang di mana baru boleh?"

Ia menjawab, "Justru di mana-mana tidak boleh, baru meminta petunjuk Mahaguru Lu."

*

Tulisan di atas, walaupun menyerupai sebuah cerita lucu, namun, itu adalah fakta, apartemen zaman sekarang, jika memperhatikan lantai atas dan lantai bawah, ruangan harus bersih pula, sulit sekali!

Saya beritahu Anda semua:

Buddha berkata: tempat tinggal Mahaguru Lu tidak bersih, itu ucapan "menuruti insan", karena selama beberapa hari itu, di tempat pertapaan saya, saya menghimpun sekawanan besar makhluk halus untuk berceramah Dharma, saya berceramah Dharma untuk makhluk halus.

Di antara makhluk halus, yang baik dan yang jahat bercampur baur, ada dewa ular, dewa anjing, dewa sapi, setan dan siluman, dan lain sebagainya.

Ada lagi setan pemakan tinja, setan peminum air seni, setan pemakan sperma, setan pemakan ovum, setan peminum darah, setan pemakan kotoran, setan muntah, setan pemakan sampah, setan peminum keringat, setan pemakan ingus, setan peminum air mata, setan pemakan kulit, setan pemakan tulang, dan setan-setan lainnya.

Ada lagi roh siluman:
Dewa pohon.
Dewa rumput.
Dewa sawah.
Dewa kuburan.
Dewa penunggu mayat.

Jika berdasarkan "prana", saat itu tidak cocok mengundang kehadiran 7 Buddha, ucapan ini "menuruti insan".

Namun, jika diucapkan berdasarkan "kebenaran pertama":

Tidak bersih maupun kotor.

Tidak bertambah maupun berkurang.

Tidak sama maupun beda.

Buddha adalah pencerah, tiada mata dan kotoran rupa, tiada telinga dan kotoran suara, tiada lidah dan kotoran rasa, tiada tubuh dan kotoran sentuhan, tiada pikiran dan kotoran kesan pikiran. Buddha sudah bebas dari kebodohan aku, pandangan aku, cinta aku, kesombongan aku.

Bahkan Buddha itu tidak dapat disembunyikan, tidak ada tempat persembunyian, tidak melekat pada persembunyian.

Buddha itu bebas dari perbedaan.

Oleh karena itu:

"Buddha tidak membeda-bedakan bersih maupun kotor. Namun, demi menuruti kondisi Mahaguru Lu saat itu, sehingga dikatakan, tidak bersih. Jelas sekali, itu ucapan yang menuruti insan."

Saya berkata:

Jika menulis buku berdasarkan "kebenaran pertama", ketahuilah, tidak ada buku yang bisa saya tulis, tidak ada yang perlu dibicarakan. Tripitaka dan 12 Tipe Kitab Suci, semua itu tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar