Selasa, 15 Juli 2014

Beban Pikiran Pak Tua Itu (Bagian 10)

Pintu Kesunyataan.




                Saat bersama dgn Cui-yun, dalam saat bersamaan juga ada Xiao-xue. Xiao-xue adalah perawat yg menjadi asisten ku. Terhadap Xiao-xue , hatiku sdkt naksir.
Bagaimana ya aku katakan ? Xiao-xue adalah Xiao-xue. Semua orang yg kami kenal memanggilnya Xiao-xue, namanya sesuai dengan dirinya. Kulit Xiao-xue putih bagaikan salju, ia sangat di sukai orang-orang, wajahnya yg manis, lincah dan manis. Ia sangat hati-hati, paham sekali merawat pasien, juga paham merawat bunga, kita tahu bahwa kerabat dekat  pasien pada umumnya , kerap membeli bunga utk di hadiahkan kepada pasien. Setelah menerima bunga, pasien selalu menaruhnya sesuka hati. Xiao-xue sangat hati-hati, ia akan menancapkan bunga dgn sangat indah, ia paham mengganti air, paham menyelaraskan pot bunga, merangkai bunga, menggunting, ia memahami kehidupan bunga, bahkan ada beberapa yg bisa dicangkokkan ke taman bunga, ia paham penanaman, ia merawat setiap kuntum bunga bagaikan anak sendiri, memang demikianlah gadis spt Xiao-xue, ia sama sekali tidak kasar dan sembrono.

                Xiao-xue merapikan setiap barang baik yang besar maupun yg kecil di klinik sampai amat bersih tanpa satu debu pun melekat. Anda boleh menjamah atau mengelap dengan tangan, maka tangan pun bersih, sekali pun memakai sarung tangan putih, sarung tangan pun tidak akan hitam, untunglah, dokumen, arsip, formulir sejarah medis, ia atur dengan rapi. Begitu dokter memanggilnya, maka ia ada di sisi kita, ia hampir setiap hari bangun kepagian dan tidur kemalaman, kapan pun ia slalu menyertai di sisi.
                Kadang-kadang aku mengalami hal yg tidak adil di dalam masyarakat, aku menganggap itu adalah hal yg mustahil, atau tidak puas terhadap peraturan rumah sakit, ternyata Xiao-xue mampu menganalisa kenyataan, terhadap  setiap hal, semuanya ada sudut pandang yg khusus, ia bukan sekedar perawat yg membantuku, bahkan menjadi teman yg memperhatikanku, saat aku seorang diri kesepian sampai tidak ingin hidup lagi, ia menjadi sahabat yg mengerti diriku, sehingga aku merasa masih pantas untuk hidup di dunia ini.

                Xiao-xue menyukai musik, ia mahir memetik gitar, semasa sekolah ia adalah seorang penyanyi sanggar sekolah. Saat mendaki gunung, ia adalah seorang pemberani yg menjaga teman-teman lainnya. Saat berkemah , yg menyalakan api slalu dia, ia tengkurap di atas tanah, meniup duri cemara dan dedaunan yg telah kering dan rapuh, setelah api menyala, lalu ia memasak semua nasi dan sayur. Saat semua org sedang mengelilingi api unggun dan menari, maka ia lah yg memetik gitar.

                Tarian Xiao-xue juga bagus sekali, ia bisa tarian berstandar internasional, keterampilan menarinya indah. Ia tahu bahwa tarianku tidak bagus, maka ia mengkoordinasikan dgnku. Ia hanya memintaku utk mengkoordinasikan ketukan, lewat tuntunan nya dgn sendirinya tampak sangat indah.
                Ia berkata, “ Terfokus paling penting.”
                “Apa itu terfokus ?”
                “Sewaktu menari berkonsentrasi lah menari.”
                Aku sengaja menariknya agar mendekat.
                “Serius sedikit.” Katanya.
                Aku memanjangkan muka.
                “Santai sedikit,” katanya.
                Kadang-kadang, aku merangkulnya erat. Aku merasakan ia memiliki payudara yg elastis, aku juga mencium keharuman kulit seputih saljunya yg hangat yg di tebarkan oleh udara, mendengar musik yg lembut, hati jadi mendidih, aku melihat matanya yg bulat dan hitam, mamancarkan kemilau yg berseri-seri, dua iris bibir yg tipis ….

                Aku memperhatikannya, ia memperhatikanku.
                “Begini sangat bagus,”ujarnya.
                “Apanya yg sangat bagus ?”
                “Aku memang menyukaimu, namun, ini sama sekali bkn cinta.”
                “Mengapa bukan ? “
                “Cinta terlalu melelahkan,”ujarnya.
                “Mengapa bisa melelahkan ?”
                “Pasangan terlalu royal,” katanya.
                Xue-xue tahu bahwa aku jalan sangat dekat dgn Cui-yun.Kepekaan yg khusus di miliki wanita adalah asalkan mata melihat sepintas saja maka sudah tahu, sesungguhnya ini pun adalah semacam sifat alami.
                Ia berkata, “Aku ingin menentukan nasib ku sendiri,  dan bukan menyerahkan nasib sendiri kepada org lain.”



                Aku menggenggam erat tangannya.
                Ia berkata, “Aku tidak tahu apa yg di maksud dgn kebahagiaan, kebahagiaan belum tentu harus menikah, punya suami , punya anak, punya rumah tangga yg harmonis, punya profesi dokter, punya uang, punya nama, apakah ini yg di sebut dgn kebahagiaan ? Sesungguhnya kebahagiaan kadang-kadang adalah sebuah beban, kadang-kadang menghibur, serius di katakan, asalkan setiap hari bisa di lewati dgn puas, satu hari itu pun adalah kebahagiaan.”
                Begitu aku mendengar perkataannya, aku agak terkejut, “Filsafat apakah ini?”
                “Saat sekarang.” Ia berkata, “Seperti hari ini, sdh sangat bagus.”
                Saat itu Xue-xue dan aku adalah pasangan yg sangat di kagumi orang.
                Setelah aku dan Xue-xue berpacaran selama bertahun tahun, pada suatu malam, Xue-xue datang mencariku, ia berkata, “Sudah berapa lama kita berpacaran ?”
                “Sudah bertahun tahun.”
                “Ibaratnya seperti ?”
                “Suami-istri,” aku sengaja berkata demikian.
                Ia pun tidak keberatan, ia mengamati sekilas tempat tinggal ku, berkata, “Kelihatannya rumah ini butuh seorang nyonya rumah..”
                Aku berkata,”Bagaimana kalau kau saja?”
                “Aku memang akan menikah, tapi bukan denganmu,” ia tertawa aneh.
                “Dengan siapa ?”
                “Takkan kukatakan.”
                Xue-xue berkata lagi,”Aku akan pergi jauh.”
                “Keluar negeri ?”
                “Bukan keluar negeri.”
                “Karena bukan ke luar negeri, kog jauh  ?“
                “Walaupun bukan keluar negeri, tetapi tetap sangat jauh, sejak hari ini kita tidak dapat bertemu lagi.”
                “Begitu seriuskah ?”


                “Benar.”
                Hatiku agak kesal, aku berkata, “Apakah karena aku telah kehilangan kemampuan, kau mau meninggalkanku ?”
                “Sudah pernah aku katakan bahwa tubuh mu sungguh adalah sebuah persoalan yg serius, bagi manusia pada umumnya, memang ya. Namun, ini bukan sebab utama aku meninggalkanmu, aku beda, ada berahi atau tidak ada berahi sama saja, kehidupan yg alami itu indah, aku memasukkan diriku sendiri ke dalam kehidupan yg bernilai, setiap hari sangat bernilai, aku tidak hidup demi berahi, kepergianku sama sekali tidak ada hubungannya dgn kemampuanmu.”
                Yang satu ini aku percaya.
                Xue-xue berbeda dgn org biasa.
                Xue-xue bkn bibi bungsu.
                Ia berbeda dgn Cui-yun.
                Model itu juga sdh menikah, hanya Xue-xue yg masih mengikutiku, sekali ikut, beberapa tahun sdh berlalu, aku menyadari bahwa ia hidup dgn sangat bahagia, tidak ada berahi , ia juga sangat bebas. Jika Xue-xue menikah dgnku, berahi memang tidak ada lagi, namun ia masih adalah seorang yg mengerti kehidupan.
                Aku berkata sinis, “Kau akan menikah, selamat untukmu.”
                “Pernikahanku ini berbeda dengan orang lain.”
                “Apanya yg berbeda ?”
                “Kelak kau akan tahu.” Kata Xue-xue.
                “Apakah pernikahan mu bernilai ?”
                Ia berkata, “Persoalannya adalah pandangan nilai setiap manusia tidak sama, tergantung manusia nya, masing-masing memiliki cara pandang yg tidak sama.  Menurutku, jalan yg aku tempuh ini adalah kehidupan yg lain, cara hidup yg lain, pengetahuan di dalam mazhab ini lebih banyak di bandingkan ilmu pengobatan, ilmu pengobatan sdh sangat tinggi dan dalam, tak terukur lagi, namun, mazhab yg aku tempuh ini adalah kunci kehidupan,  lebih tidak terukur, tidak terbayangkan.”
                Begitu aku mendengarnya, aku tidak begitu mengerti.
                Dari dalam tas kulitnya, Xue-xue menyerahkan surat dan naskah yg ditulisnya, ia mengatakan bahwa aku akan mengerti setelah membacanya. Ia menengadahkan kepala, ia menepis rambutnya ke belakang pundak, saat keluar, ia mengecupku sebentar, kemudian pergi dengan langkah pasti.


                Surat Xue-xue , sederhana :
                Aku akan menjadi bhiksuni.
                Terlampir sebuah sajak “Chu-shi” dari Dinasti Ming :
                Konon bangau putih adalah burung surgawi,
                Setiap hari terbang datang mengantarkan suara merdu,
                Jadi ingin mengirim surat pada segenap teman baik,
                Semestinya pasti tahu niat seumur hidupku.

                Lama merenungkan akhirnya tanah sukha telah kembali,
                Sudi datang dari jauh tuk menggenggam panggung teratai,
                Usia ratusan tahun sungguh sekejap bak petikan jari,
                Yang di takutkan di alam Saha hanyalah dalamnya ikatan duniawi.
                Begitu aku membaca surat dan sajak Xue-xue , wajahku berderai air mata.

***
                Xue-xue juga melampirkan selembar naskah kepadaku :
                Setiap orang awam yg melihat kecantikan dan seks mudah sekali timbul pikiran berahi, sekali pikiran ini timbul, tidak peduli ada tindakan atau tidak, asalkan begitu pikiran bergerak, maka hati akan terintangi.
                Agar hati tidak terintangi, semestinya saat pikiran berahi timbul, saat tidak mampu di hentikan, segera merenungkan kata “kematian”. Jika tidak mudah merenungkan “kematian” , boleh merenungkan diri sendiri terserang penyakit yg sangat menyengsarakan, dgn demikian api berahi mudah sekali di padamkan.
                Jika manusia pada umumnya mengalami penderitaan penyakit, atau terserang penyakt ganas, atau menderita karena sakit,  pikiran kita akan terfokus pada penderitaan penyakit, maka tidak akan mudah timbul pikiran berahi.



                Barangkali mengacu pada yg di ajarkan oleh sang Buddha yaitu “Visualisasi Tulang Putih” , “Visualisasi Tidak Bersih” , memikiran bahwa setelah wanita meninggal dunia, daging jadi busuk dan tulang jadi rapuh, menebarkan bau menyengat sampai tak dapat di dekati, maka segala bentuk seks di depan mata, sama sekali adalah bayangan semu dan alam semu, semuanya tidak abadi.

                Selain itu, kita mesti mempertimbangkan dgn menggunakan konsep rasional, saat kecantikan dan seks di depan mata, kita harus memikirkan persoalan kehormatan dan integritas, tidak peduli bagaimana pun, kehormatan dan integritas yg tinggi dan luhur bagaikan mutiara atau giok, jika salah satu langkah, berarti hancurlah masa depan sendiri, segera menjadi bau seperti tinja, saat ini akal muncul, seharusnya secara alami akan mengasihaninya.

                Asal tahu saja, kebahagiaan ini, hanya dapat di anggap sbg kebahagiaan dan penghiburan sesaat,  penyelewengan asusila akan merusak kehormatan, akan mengikis habis kekayaan, akan merenggut jiwa,akan di bunuh, tidak akan memiliki keturunan, akan merusak reputasi. Sesungguhnya karena kebahagiaan sesaat menyebabkan kehancuran seumur hidup.  Semua ini di sebabkan oleh penyelewengan asusila, renungkan baik-baik dan cepatlah sadar, dgn sendirinya akan muncul pikiran bersih.

                Selanjutnya, perasaan benar dan salah, walaupun manusia sekarang perlahan-lahan telah kehilangan konsep moral, namun setiap manusia masih memilikinya. Bila kejadian penyelewengan asusila meledak, maka org tua dan saudara akan di rudung malu, kita akan di campakkan oleh paman, bibi, suami atau istri, dan anak-anak, di tertawai oleh tetangga dan kerabat, dari luar orang-orang kelihatannya tidak membicarakannya, sesungguhnya diam-diam mereka telah mengejek tanpa henti.

                Perihal penyelewengan asusila, paling mudah menimbulkan kecelakaan lainnya,  ada yg mati membawa dendam, ada lagi yg aborsi, ada ibu dan anak membawa kebencian terjun ke sungai. Jika istri berpacaran dgn org lain di belakang  suami, lalu diketahui oleh sang suami, maka saat itu sang suami pasti akan sangat emosi, pasti akan membalaskan dendam ini, sekali pikiran jahat timbul, tak ayal lagi akan tidak timbul kecelakaan.

                Asalkan pikiran berahi manusia sekali tergerak,  kita harus mewaspadai diri sendiri secara mendalam, bila aku mencabuli istri atau putri orang lain, lantas bagaimana bila orang lain mencabuli istri atau putriku ? Dengan berpikiran demikian, maka pikiran berahi ini dengan sendiri nya akan lenyap, ini adalah obat tercepat utk menaklukkan api berahi.


                Sajak berbunyi :
                Wahai saudara janganlah meminjam takdir tali asmara antara pria dan wanita.
                Cepat meminjam cepat pula mengembalikan.
                Di dalam keluarga dengan sendirinya ada orang pengganti.
                Kau ingin menunda waktu orang lain takkan menunda.

                Kunasehati saudara agar memandang pikiran berahi sebagai rubah/serigala, atau ular/lipan, atau pejabat setan pengait arwah, atau musuh dari kehidupan lampau. Dengan demikian kita pasti waspada, hati akan mengingatkan.
                Pada dasarnya tubuh , rambut , dan kulit saudara adalah di lahirkan oleh orang tua, tidak semestinya kita mencederainya, inilah awal dari berbakti. Mencederai bkn dari penampilan mengalami luka saja. Contohnya sebatang pohon kecil, baru saja mulai terbentuk, saat sedang tumbuh subur, pasti takut di gunting atau di tebang, mesti di rawat dan di lindungi siang dan malam, dengan demikian baru bisa tumbuh menjadi pohon raksasa, kelak akan menjadi tempat bernaung.
                Manusia juga sama, manusia dari anak-anak menjadi dewasa, melewati masa anak-anak dan remaja, di mana saat itu daya otot belum mencukupi, watak belum stabil, namun, asal sejati sdh terhanyut, tubuh akan menjadi rapuh, intisari melebur, ratusan penyakit tumbuh subur, sehingga pertumbuhan menjadi terhambat, tergantung-gantung antara orang dewasa dan anak-anak, membuat orang tua relatif panik, bahkan putus asa.
                Selain itu ada yg walaupun sdh dewasa, namun tidak menghargai asal sejati, setiap hari menebangnya, dalam waktu singkat energi vital dan sum-sum akan kering dan rapuh, dan juga bertindak liar menuruti berahi, mendatangkan penderitaan pada tubuh fisik, ejakulasi dini dan impotensi, sekali pun bkn persoalan perkembangan ke arah negatif, berkah di kikis atau usia dikurangi, sesungguhnya juga adalah dosa yg di ciptakan sendiri, penyakt pribadi yg tersembunyi semacam ini, juga di anggap sebagai kerisauan dan penderitaan terbesar, bahkan sampai tidak berani menikah.
                Orang dulu tidak berani atau melupakan orang tua, menghianati diri sendiri dengan tubuh sendiri,  apalagi menodai kesuciannya, apakah dianggap sungguh berbakti ?

Begitu Chen Ping membaca naskah ini, ia terus-menerus mengulanginya,hatinya merasa ngeri.
Xue-xue telah pergi, telah menjadi bhiksuni, lari kedalam pintu kesunyataan.
                Aku merenungkan diriku sendiri :
                Melawan hukum langit.
                Mengacaukan prinsip kemanusiaan.
                Aku adalah serigala berbulu domba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar