Selasa, 15 Juli 2014

Beban Pikiran Pak Tua Itu. (Bagian 2)

Keingintahuan Belakang Stasiun



Tahun itu aku menjalani latihan di "Puncak Gunung Cheng Gong", karena prestasi kerja kerasku, kerja "memperbaiki jalan" paling sukses, maka seluruh kompi libur 1 hari. Menurut peraturan bila pada hari libur umum, siswa yang menjalani latihan hendak keluar maka harus mengenakan seragam tentara. Tetapi liburan kami bukan libur umum, itu sebabnya, kami mendapatkan kompromi, semua orang mengenakan pakaian bebas pergi ke jalan.

Aku mengenakan celana ala barat, tubuh atas mengenakan kemeja bercorak, sepasang tangan kosong melompong, berdiri di depan stasiun kereta api T'aichung. Terus terang, bila yang menjalani latihan libur, maka semua orang sangat bergenbira. Tetapi, bila benar benar sdh keluar, kami akan bimbang. Menonton film, jalan jalan, membeli barang, ini adalah yang paling biasa. Begitu tiba berakhirnya masa liburan, semuanya kembali lagi ke tangsi.

Aku berdiri di depan stasiun kereta api T'aichung utk melihat lihat, memikirkan apa yang ingin aku lakukan, jalan jalan sudah, barang pun tidak di beli. Judul film tidak bermutu, tdk ingin nonton. Seorang diri tdk ada yang menemani, lalu datang ke stasiun kereta api.

Di stasiun kereta api ini orang berbondong bondong, begitu kereta api memasuki stasiun, memuntahan banyak pria dan wanita, begitu kereta api keluar dari stasiun, menghisap lagi banyak pria dan wanita, mayoritas orang tdk santai, langkah mereka semua tergesa gesa. Ada orang yg begitu keluar dari kereta api, kemudian melambaikan tangan, taxi bergegas datang, begitu keluar dari kereta api, segera masuk lagi ke dalam taxi, pergi dgn tergesa gesa. Tiba tiba, sebuah taxi bergegas datang lagi, menderit sebentar, pintu mobil terbuka, seorang nona yang modis turun dari mobil, buru buru berjalan memasuki stasiun, sepatu bertumit tinggi berbunyi, "khok, khok, khok".

Chen Ping merasa dirinya paling bebas, juga paling santai, paling tdk sekarang ini adalah demikian, aku beli saja sebungkus kuaci, satu per satu kuaci dilempar kedalam mulut, menggunakan gerakan gesit antara gigi dan lidah, kemudia segera memuntahkan kulitnya dgn kulit bibir.

Ini adalah liburan, hahaha! Chen Ping tdk dapat menahan geli dalam hati.

Aku mengunyah kuaci, berjalan memasuki stasiun, orang dalam stasiun juga tdk sedikit, ada yang membeli karcis kereta, ada yang menunggu kereta, ada yang antri di tempat masuk, ada pula yang berdagang, menyemir sepatu, serta menjual es batang dan es krim.

Kereta apii telah datang, berbunyi "tu tu tu", ada pula suara manusia terengah engah, inilah hidup.

Pundakku di tepuk sekali.

"Chen Ping!"

Aku menolehkan kepala melihat, ternyata adalah "Lian Fu", seorang bintara tua, kita orang Taiwan menyebut diri sendiri adalah "ubi", sedangkan bintara tua yang datang ke Taiwan utk menjadi tentara adalah "Lao Yu-zai" (Bocah Keladi Tua). "Lao Yu-zai" tdk berbicara, segera pergi dgn menarik tangan Chen Ping.

"Pergi ke mana ?"

"Beranikah kau pergi?" tanya Lao Yu-zai

"Tidak ada yang aku takutkan!" aku berjiwa muda.

Lao Yu-zai berkata, " Ikut aku kalau berani, aku lihat kau masih sangat polos!"

"Huh! Aku justru tdk polos!" aku menampilkan gaya seorang preman tua.

"Nah, hari ini kau harus ikut dgnku."

"Ikut ya ikut, siapa takut!"

Lao Yu-zai di depan, aku di belakang, dari stasiun kereta api T'aichung melewati jembatan penyeberangan, berjalan ke belakang stasiun kereta api, di sebelah depan dari belakang stasiun kereta api ada sebuah bioskop yang sangat terkenal yang di namakan "Bioskop Internasional", sedangkan di belakang Bioskop Internasional adalah sebuah kawasan adat dan budaya yang terkenal, semua yang terkenal ini saling berhubungan, juga tdk tahu apakah Bioskop Internasional yang terkenal ataukah kawasan adat dan budaya yang terkenal, sebab Bioskop Internasional menjadi terkenal karena khusus mempertunjukkan operet dan tarian striptis. Kami selaku siswa calon pejabat yg menjalani latihan belum tentu tahu apa-apa, tetapi yang satu ini pasti tahu.

Aku ditarik Lao Yu-zai sampai disini, hatiku sungguh sedikit berdebar-debar, terus terang, dari lahir sampai sekarang, aku belum pernah benar-benar menyentuh wanita, aku termasuk orang yang pemalu, biasanya bila berbicara dgn wanita, wajah akan tak tertahan menjadi bersemu merah, aku sedang mempertimbangkan, apakah aku harus pergi dgnnya atau aku menunggunya di depan pintu.

Belok ke dalam gang Bioskop Internasional, aku melihat diatas koridor terdapat sebaris kursi, di atas kursi penuh di duduki oleh wanita tunasusila, di dalam gang ini ada beberapa rumah, kondisinya sama yaitu diatas koridor duduk beberapa wanita.

"Lao Yu-zai, kau sdh datang !" seorang wanita bersuara serak memanggil, "Sayang, mengapa begitu lama baru datang!" Ia akrab sampai menyentuh hati nurani, kenalan lama saling bertemu, tanpa etika yang di buat buat sedikit pun ia menarik Lao Yu-zai naik ke loteng.

Aku panik, memanggil, "Bagaimana dgnku ?"

Lao Yu-zai menolehkan kepala, "Carilah satu !"

"Bagaimana nanti kita bertemu ?" aku bertanya lagi.

"Tunggu aku di koridor! "

Aku berlagak panik, membuat wanita wanita itu tersipu-sipu, aku mengintip wanita wanita itu, mereka terus bercakap cakap tanpa henti, ada seorang wanita menengadahkan kepala melihat aku sekilas, rambut berekor kuda dijepit dgn sepotong ikat kepala biru bercorak bunga, wajah masih bersih, perawakan tdk gemuk, memiliki lima organ yang elok.

Aku berjalan masuk kedalam gang gelap sambil menundukkan kepala, sekarang aku menundukkan kepala lagi, tangan ku di gandeng oleh seorang gadis kecil, ditarik sampai ke sebuah ruangan kecil di loteng. Aku pun sungguh tdk bisa menjelaskan mengapa aku sendiri bisa sampai disini, aku hanya berjalan jalan santai di stasiun kereta api, begitu di tarik Lao Yu-zai, aku jadi ikut dgnnya. Masalahnya sekarang adalah Chen Ping seumur hidup belum pernah mengalami kejadian seperti ini, sepenuhnya adalah org baru, berlagak seperti orang yang baru lahir, ada semacam rasa penasaran yang baru.

Yang terdengar ditengah tengah obrolan teman-teman contohnya seperti di jalan Ziyou, Bingdong, di belakang pemerintahan kota Kaohsiung, di belakang stasiun kereta api T'aichung, jalan Huaxi, Wanhua, Taipei, dan lain-lain. Sekarang, diri Chen Ping benar benar terjerumus didalamnya, rasa didalam hati semacam ini bercampur aduk.

Chen Ping mendengar bahwa ada seorang sasttrawan, sewaktu mengarang ia mengisahkan tentang seorang wanita tunasusila, demi mengalami kondisi sebenarnya, ia menyamar menjadi pelanggan rumah bordil, masuk kedalam kamar, begitu segalanya akan di mulai, pengarang membeberkan identitasnya, ia bersedia membayar kelipatan uang, tetapi ia tidak melakukan hal itu, ia hanya ingin ngobrol dgnnya, wanita ini pun sudi, lalu tertulislah naskah yang sangat pantas.

Chen Ping pun ingin coba berbuat seperti itu, karena sesungguhnya Chen Ping seumur hidup pun belum pernah benar benar terjun ke dalamnya. Begitu masuk ke dalam kamar, kamar hanya memilki sebuah jendela kecil, sebuah ranjang kecil, di atasnya di taruh kertas tissue, gadis itu mengisi air bersih ke dalam baskom utk membasuh wajah yang kecil, di dalam air ada sehelai handuk, Chen Ping pikir itu di gunakan untuk membilas sewaktu selesai melakukan hal itu.

Gadis itu menanggalkan seluruh pakaian nya, aku menatapnya, ujung bibir nya sedikit menaik, lima organnya sungguh sangat elok, di atas wajahnya ada sedikit flek, sebuah tubuh yang berperawakan sedang, sepasang tangan dgn jari yang halus dan panjang, kuteknya merah sampai mengkilap.

Chen Ping dan dia tanpa janjian sama-sama tersenyum, kepanikan Chen Ping jadi lebih kendur.

Aku berkata, "Aku adalah perjaka."

Ia membalas, " Aku adalah perawan."

Ia sama sekali tidak percaya Chen Ping adalah perjaka.

"Kau benar-benar adalah perjaka, aku ..."

"Menurut tradisi, jika kami menerima perjaka, maka harus memberikan sebuah angpao kepadanya."

"Berapa harganya?"

"Satu sen."

Chen Ping tdk bicara lagi, dalam hati aku berpikir, apakah mau di hentikan saja, berikan uang, lalu pergi begitu saja, namun, bagaimana mengutarakannya, bagaimana mengatakannya, ingin seperti pengarang itu, namun, aku bukan pengarang, akankah setelah memberikan uang, tidak melakukannya, maka aku langsung mendapatkan sebuah cemohan, menganggap bahwa aku memandang rendah dirinya ?

Aku sedikit pusing, juga sedikit terlena, itu adalah kondisi yang mudah sekali terperangkap, asalkan memejamkan mata maka terjadilah.

Sedari awal ia sdh berbaring di atas ranjang.

Tubuhku condong ke depan, menjulurkan sepasang lengan, segera merangkul, ia seperti cumi-cumi, mengait Chen Ping dgn erat.

Sepasang lenganku mengelus elus.

Ia meliuk liuk dgn sangat patuh.

Chen Ping pernah dengar kata teman temannya bahwa ada sebagian wanita tdk bergerak sama sekali, ibaratnya seperti sesosok mayat, ada sebagian yang membaca surat kabar sambil berbaring, lagipula semuanya terserah anda.

Namun, gadis ini tdk demikian, sewaktu sedang mengelus elus, aku mendengarkan angin sungguh sedang mengalir, yaitu antar insan saling bercumbu. Seluruh diriku melebur di tengah kondisi primitif sblm dunia terbentuk, tdk bisa membedakan kau dan aku, aku memang butuh perasaan semacam ini, warna perasaan semacam ini sangat mewah, aku sdh sangat lama, sangat lama mengidamkannya.

Sepasang lengan Chen Ping dirangkapkan, tubuh Chen Ping sangat sehat, ia berusaha mempertahankan api birahi didalam tubuhnya agar terus terbakar dan tdk membiarkannya padam.

Ia (gadis) berteriak, "Waktu sdh terlalu lama."

"Harus bagaimana ?"

"Harus menambah harga."

Chen Ping mengangguk anggukkan kepala.

Chen Ping sgt serius, ia (gadis) juga sangat heran, api itu pun naik dari bawah kaki, sekujur tubuh memanas, terus memanas sampai wajah, tanpa disadarinya diatas wajahnya ada sinar, tanpa sadar ia menjadi bingung, seakan akan ia bukan wanita tunasusila, bukan menjual, benar benar telah menjadi teman wanita, kekasihnya. Semula ia berpura pura, sekarang menjadi sungguh sungguh.

Terakhir, api dan api yang saling terjerat bersama, dua sosok tubuh yang saling bergetar berubah dari padat sampai jarang, darii merah menjadi putih, akhirnya menjadi danau yang tenang sesudah dari danau yang berombak ganas.

Ia (gadis) menebarkan senyum, "Terus terang, sepertinya ini pun adalah yang pertama kali seumur hidupku, demikian bergairah."

Aku memang merasakannya, namun, wanita tunasusila paling bisa berpura pura, entah benar atau tidak.

Ia berkata, " Kau berbakat alam, kerjamu bagus sekali, wanita manapun yang bertemu dgnmu akan jatuh cinta padamu !"

Ia berkata lagi, "Kau paling sedikit harus mengunjungi seminggu sekali."

Chen Ping tdk berbicara.

"OK ?!" ia bermanja manja.

Chen Ping hanya mengangguk angguk kan kepala.
Merek dari rumah bordil ini adalah "Rumah Bordil Hong Nian", gadis itu adalah "Ying Ying" , konon adalah primadona di toko itu.

Chen Ping keluar dari pintu toko, ia melihat di koridor sudah tidak tampak lagi Lao Yu-zai, wanita yang bersuara serak itu memberitahunya, "Lao Yu-zai telah menunggumu 50 menit, ia baru saja pergi, Bung, kau cukup kuat."

Chen Ping tidak bicara, dgn langkah pelan berjalan keluar gang kecil, stasiun kereta api tidak berubah sedikit pun, orang-orang masih tetap berbondong bondong, sinar matahari seakan akan masih sangat menyilaukan mata.

Di dalam benakku seakan akan terasa sedikit kacau, juga sedikit bimbang, ternyata tak kutemukan sebuah titik pusat, kedua kaki pun kehilangan tujuan, terombang ambing di jalan, aku kembali lagi ke stasiun, masuk ke ruang belakang kereta, duduk di sebuah kursi yang panjang, di atas kursi itu orang orang dorong-dorongan, berdesak desakan, juga saling menatap, di bawah kaki ada botol air soda dan puntungan rokok.

Saat itu, aku sama sekali tidak merasakan kegairahan dan kegembiraan, otakku seakan akan kosong, tubuhku hampa, diri sendiri pun seakan akan menjadi tidak bersemangat sedikit pun. Aku ternyata masuk ke dalam rumah bordil, terjadi hubungan seks yang pertama kali seumur hidup dgn wanita tunasusila, apa-apaan ini ? Ini dianggap sebagai sebuah kekacauan yang tanpa harapan untuk melepaskan diri.


Chen Ping tdk mengerti mengapa bisa berbuat demikian.
Apakah itu adalah keingin tahuan yang biasa dan lumrah ?
Apakah hatiku sendiri yang berkecamuk, tidak bisa melewati sebuah rangsangan ?
Atau kah tidak bisa tahan bahwa orang lain sudah pernah pergi, sedangkan diri sendiri ternyata sama sekali tidak tahu ?

Lalu, kebetulan Lao Yu-zai (bintara tua) datang, sekarang Chen Ping sdh pernah pergi, keingin tahuan sudah terpenuhi, rasa penasaran sdh terpuaskan, namun, ia tetap merasa diri sendiri seakan akan telah kehilangan sesuatu, ketinggalan sesuatu.

Jika ada yang bertanya, "Ada apa di sana ?"

Chen Ping akan menjawab," Ada hutan rimba yang primitif."

"Tentu saja, ada air sungai pula."

"Tentu saja, terlebih lebih ada gua."

Chen Ping merasa satu satunya yang antas menghibur adalah ia sdh pergi bertamasya 1 kali, ada gunung dan laut, hanya tdk ada peninggalan purbakala, sebab bagaimanapun juga terlalu byk org yg menjelajahinya, seluruh pemandangan indah telah dirusak, Chen Ping beranggapan bahwa ini adalah satu satunya temat yang tidak pantas.

Sekembalinya ke kawasan tangsi, Lao Yu-zai "Lian Fu" tdk terlalu byk ngobrol dgn Chen Ping.

Namun di kalangan teman teman di divisi kompi kawasan tangsi ada gosip yang mengatakan bahwa Chen Ping pergi ke tempat itu, selain itu Chen Ping berbakat alam, waktunya sgt panjang.

Chen Ping berpesan pada Lao Yu-zai bahwa tdk boleh bicara sembarangan, satu pun tdk boleh di katakan,namun Lao Yu-zai hanya menceritakan rahasia spt ini kpd satu org, dan org ini juga hanya menceritakan kpd satu org, demikianlah yang tdk boleh dikatakan ini seluruh kompi menjadi tahu.

Tdk peduli bgmn pun kata org. Aq menghadapi semuanya dgn membisu. Yang lbh menjengkelkan adalah kira kira seminggu kemudian, di bagian itu tercium bau yang sgt menyengat, membuat org ingin muntah, spt ada jarum yg sedang menusuk, juga mengalir sdkt benda yg berwarna kekuning kuningan, aku sendiri tahu bahwa itu adalah semacam penyakit yang menjengkelkan.

Chen Ping memang adalah petugas medis, di kemiliteran juga menjalankan beberapa pekerjaan di bagian medis, aku sendiri tahu bgmn menyembuhkannya, lalu aku sembarangan mengambil obat dan memakannya, 4-5 hari kemudian di bagian itu sdh bersih sepenuhnya dan bau telah lenyap tuntas, rasa sakit telah hilang, benda yg mengalir keluar juga telah hilang, Chen Ping trs minum obat, minum sampai kuman tlh mati seluruhnya barulah berhenti mengkonsumsi obat.

Aku kebetulan melihat formulir bintara tua di sejarah medis yang ada di klinik, di atasnya tertulis kata : "SIPILIS".

Aku sangat kaget.


***

(Ini adalah bab pertama dari buku harian,di akhir bab pertama buku harian Chen Ping melampirkan selembar kertas putih yang tertulis kata kata pertobatan: )

Berdasarkan Titah Raja Akhirat yg di tulis oleh Buddha Hidup Lian Sheng Lu Sheng Yen, dosa yang telah aku langgar adalah butir ke tujuh yaitu "mencari wanita tuna susila,melakukan transaksi prostitusi."

Aku sendiri adalah cendikiawan, juga adalah seorg yang tumbuh besar dgn damai dan bahagia di sebuah keluarga kecil, aku adalah org yg tahu moral dan etika, bgmn tahu pada zaman modern ini ada aliran baru yang menganjurkan untuk mengabaikan moral dan etika, segalanya mengutamakan kebebasan, perihal birahi bagai memecahkan tanggul sungai, membiarkannya mengalir deras, membuat anak muda skrg pd umumnya sama sama terjerumus ke dalam samudra birah tanpa dasar.

Anak muda skrg yg berpendirian teguh bagai gunung, menjaga diri bagai gok sdh jarang, bencana dunia semakin mendesak dr hari ke hari, bencana manusia juga semakin dekat.

Anak muda zaman modern begitu melihat aku mempersembahkan kejadian yang pertama kali aku nikmati dalam hidup ini kpd waita tunasusila yg ada di tempat hiburan mungkin akan menjerit, "Luar biasa biadab !"

"Sungguh piang !"

"Berkarakter kacau."

"Luar biasa liar !"

Namun aku sungguh takut, ada firasat yang tdk terlalu baik, rasanya akan membawa kesialan atau bencana, di dalam hati ada semacam bayangan gelap,bgmn pun upaya utk melupakannya sdh sama sekali mustahil.

Kuamati diriku sendiri, aku merasa diriku aneh, sptnya tdk normal, tdk mengerti mengapa tiba tiba berbuat demikian, batin manusia ini memang berubah dalam sekejap, semakin aku amati diriku sendiri, perubahan semakin jelas, rasanya aneh dan sangat mengejutkan.

Namun, aku mewaspadai bahwa hal apapun ada balasannya, aku baru pergi sekali saja, pertama kali seumur hidup, satu kali betul betul mengalaminya, cuma sekadar halusinasi masa lampau betul betul di lakukan satu kali saja, ia sdh sakit, radang, mengalirkan air yang berwarna kekuning kuningan, dan ditimpa penyakit. Aku menghayatii hukum karma bahwa ada sebab maka ada akibat.

Barangkali ada yang mengatakan, kau tdk akan memakai benda sejenis topi (kondom), kan !
Aku rasa pakai topi ibaratnya seperti berenang dgn memakai sepatu atau kaus kaki, coba pikir, apakah bisa nyaman ?

Ada satu kejadian yang sangat buruk, Lao Yu-zai (bintara tua), Lian Fu kompi kami, bahkan belalainya pun sdh membusuk !

Bila di pertimbangkan lagi peristiwa yang aku alami ini boleh dikatakan adalah akibat dari bertemu dgn teman yang tdk benar dan sebab musabab negatif, juga boleh dianggap sama sekali salah langkah mmenjadi kesengsaraan dan penyesalan seumur hidup. Dgn adanya kejadian ini, membuatku kkerap timbul pikiran birahi, tdk dapat mengendalikan diri, di dalam otak ku terdapat derak gerik yg penuh birahi dr "Ying YIng" , semua ini adalah malapetaka yang pertama kali !

Selanjutnya aku tdk mengerti mengumpulkan berkah pada diri sendiri, sejak menciptakan kejahatan yang tdk terhingga, dari yang kecil yaitu kehilangan keperjakaan sampai yang besar yaitu perzinahan. Aku tdk mengekang diri sendiri, melangkah sendiri ke dalam penderitaan, menjadikan kebebasan seksual sbg kesenangan terbesar dalam hidup sungguh harus bertobat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar