Senin, 14 Juli 2014

Air Bah

Suatu tahun, saya pergi ke sebuah desa kecil untuk meninjau fengshui.

Mobil melintasi sebuah jembatan yang baru dibangun, jembatan ini adalah jalan tembus ke desa kecil, terbuat dari rangka baja dan semen, sangat baru dan unik.

Si orang desa dengan gembira memberitahu saya, "Rampungnya jembatan ini adalah hari yang paling membahagiakan di desa ini, ada tarian naga dan barongsai, setiap keluarga berpesta."

Saya bisa membayangkan hari yang paling membahagiakan itu, warga desa akhirnya tidak perlu lagi melewati hari-hari menyeberangi sungai, jembatan ini adalah jalan tembus keluar satu-satunya.

Dulu, lalu lintas keluar bagi warga desa sangat susah, begitu bertemu dengan musim hujan, air sungai meluap, menyeberangi sungai jadi sangat berbahaya, itu sebabnya harus menggunakan 'keranjang gantung'. Selain mengangkut manusia, juga harus mengangkut buah-buahan.

Sebenarnya dari awal sudah harus membangun jembatan baru, hanya karena warga yang bermukim di desa kecil ini tidak terlalu banyak, lagipula sebagian besar miskin, mana ada kelebihan uang untuk membangun jembatan besar.

Selain itu pemerintah juga tidak dapat mengucurkan dana yang sangat besar demi desa kecil ini.

Hingga akhirnya air sungai menghanyutkan beberapa warga desa sehingga menimbulkan perhatian dari masyarakat banyak, barulah ada dermawan menemukan lalu mengerahkan sumbangan, barulah jembatan besar ini dibangun.

Ketika saya melintasi jembatan besar ini, ada sebuah respon istimewa—

Bukan kebahagiaan.

Melainkan bulu kuduk berdiri, sekujur tubuh dingin dan merinding, terus-menerus ada gejala seram kuduk.

Begitu saya pejam mata, tak disangka saya melihat jembatan baru tersebut patah, seluruh desa menjadi sehampar air bah, air membanjiri melewati atap rumah pedesaan.

Saya sangat terperanjat.

Terlihat banyak roh terkatung-katung di mana-mana.

Saat itu, saya terus berkeringat dingin, saya sangat panik, bagaimana ini? Bagaimana saya menyelamatkan insan di sini? Perlukah saya mengatakannya? Ini membuat batin saya meronta.

Peninjauan fengshui kali itu, saya tidak bersemangat.

Orang desa itu seolah-olah merasakannya, ia bertanya, "Mahaguru Lu, Anda kenapa?"

Saya berkata, "Percayakah Anda dengan ucapan saya?"

"Percaya."

"Jika Anda percaya, pindahlah dari sini! Juga suruhlah semua warga desa pindah dari sini!"

"Mahaguru Lu, ini bukan bercanda, kan!" si orang desa tertawa memperlihatkan gigi-giginya.

"Sungguh," tutur saya serius.

"Apa yang terjadi?" tanya si orang desa yang mengundang saya meninjau fengshui.

Saat ini, saya berhadapan dengan saat yang menentukan antara bicara dan tidak. Bila diceritakan maka saya harus memikul semua tanggung jawab, bila tidak diceritakan maka di mana tekad saya menolong insan yang menderita? Saya berikrar untuk memberikan kebaikan bagi manusia dan dunia, orang lain dan saya adalah sama, walaupun tubuh saya hancur berkeping-keping, mana mungkin insan-insan ini tidak saya tolong?

Sehingga, saya pun cerita.

Si orang desa juga terkejut begitu mendengarnya, ia berkata, "Saya tentu percaya dengan ucapan Mahaguru Lu, tapi saya kuatir orang lain tidak percaya, apa gunanya!"

Saya berkata, "Berusahalah semaksimal mungkin! Anda sarankan seluruh warga desa memanjatkan nama Buddha, walaupun karma tetap sukar dialihkan, bagi yang kehilangan harta benda, maka bisa bersandar pula pada kekuatan Buddha Bodhisattva sehingga masalah besar dapat berubah menjadi kecil, masalah kecil menjadi tiada masalah. Bagi yang meninggal dunia, juga terpancar kekuatan Buddha sehingga bebas dari lautan penderitaan."

Si orang desa mengangguk.

Si orang desa yang mendengarkan ucapan saya memindahkan separuh hartanya ke tempat lain, separuhnya masih ditinggal di dalam desa kecil.

Warga desa juga mendengar kabar angin tentang saya, mereka berkata, "Mahaguru Lu itu gila!" (gila juga berarti sakit jiwa)

"Jembatan baru bisa patah? Setan penipu."

"Semua harta leluhur ada di sini, bagaimana pindahnya?"

"Mahaguru Lu menyebarkan omongan yang menyesatkan orang banyak, dukun, tangkap saja!"

Seluruh warga desa meminta petunjuk pada medium kelenteng kecil di desa tersebut, dewa di kelenteng kecil dan medium pun berkata, "Tidak perlu pindah, Mahaguru Lu itu penipu!"

Setelah kejadian ini berlalu 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun. .................

Jembatan baru benar-benar patah.

Desa pun tidak ada lagi.

Air bah, tanah longsor sudah pernah datang.

Saya masih menyelamatkan para insan, wahai semua orang yang berjodoh dengan saya! Mohon sama-sama selidiki saya si orang 'bodoh dan jujur' ini!

Kantor Koresponden Buddha Hidup Lian-sheng Lu Sheng-yen:
Sheng-yen Lu
17102 NE 40th Ct.
REDMOND, WA. 98052
U.S.A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar