Selasa, 15 Juli 2014

Beban Pikiran Pak Tua Itu (Behind The Script )

Hasil menulis kisah ini


                Pada zaman Yesus di dalam kitab Perjanjian Baru :
                Sewaktu sepasang pria dan wanita penzinah sedang berbuat zinah, mereka tertangkap basah. Hukum pada zaman itu, sepasang pria dan wanita biadab yg telah tertangkap itu harus di lempari hidup-hidup oleh massa di persimpangan jalan dengan batu sampai tewas.

                Sewaktu massa mengambil batu hendak melempar sampai tewas sepasang pria dan wanita yg berbuat mesum ini, Yesus keluar dan berseru keras pada massa,  “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yg pertama melemparkan batu kepada mereka berdua.”

                Massa awalnya terdiam.
                Massa sedang memikirkan persoala “dosa”.

                Terakhir, massa satu persatu melepaskan batu, satu per satu pergi dengan diam-diam, akhirnya semuanya telah pergi. Sepasang pria dan wanita penzinah itu telah di selamatkan oleh Yesus.

                Yesus telah menyelamatkan dua nyawa manusia.

                Dari contoh ini untuk memandang dengan  benar persoalan “berahi”, seharusnya pantas di renungkan berulang kali oleh orang-orang, setiap manusia memiliki berahi, jika memiliki berahi berarti memiliki dosa, maka setiap orang adalah orang yg berdosa.

                Yesus berkata, “Siapa yg tidak berdosa ?”
                Yang di maksud tentu adalah dosa berahi.

                Jika berdasarkan sila agama Buddha, “dosa  perzinahan”  termasuk perzinahan lewat penglihatan, perzinahan lewat pendengaran, perzinahan lewat tangan (masturbasi), perzinahan lewat ucapan, perzinahan lewat tubuh,  perzinahan lewat pikiran. Salah satunya yaitu “perzinahan lewat  lewat pikiran” paling luas, sebab musabab negatif belum datang,  namun sdh timbul ilusi dan khayalan. Rencana jahat belum datang, namun sudah timbul pikiran utk mencelakai. Melihat kecantikan orang lain, jadi terpesona. Orang lain punya sedangkan diri sendiri tidak, timbul kedengkian. Orang lain cantik sedangkan diri sendiri jelek, timbul rasa iri. Melihat orang lain cantik, timbul khayalan.

                Asalkan hati memikirkan, itu berarti dosa.
                Jika demikian halnya, setiap orang sungguh berdosa.



                Berdasarkan hukum duniawi, itu malah tidak sama lagi. Hukum mengacu pada kenyataan utk memutuskan sebagai tindakan kriminal. Pemerkosaan adalah tindakan kriminal. Memperkosa orang yg blm berusia 18 tahun (orang yg belum cukup umur) hukumannya  lebih berat.
Persetubuhan di luar nikah dianggap tindakan kriminal atau tidak, harus melihat si subjek.
Transaksi prostitusi di anggap tindakan kriminal atau tidak, hukum di tiap-tiap negara berbeda.
Ada lagi pencabulan, dan  lain sebagainya.

                Masyarakat sekarang sdh berubah, berubah menjadi tak ada yg aneh, dari perkembangan berahi, ayah dengan anak perempuan, ibu dengan anak laki-laki, manusia dengan hewan, pria dengan pria, wanita dengan wanita,.... 
Subjek kian hari kian rumit, bisa di bayangkan, ketentuan hukum terhadap tindakan kriminal percabulan juga semakin rumit, pelanggaran dari sisi percabulan juga semakin luar biasa.

                Kita pikirkan kembali :
                Jika berahi adalah dosa, siapa yg tidak berdosa ?
              Jika hukum berasumsi bahwa berahi adalah dosa, Aku pikir, tidak ada seorang pun adalah orang suci, sebab setiap orang memiliki berahi, memiliki dosa, apakah ini justru adalah “dosa mula-mula” ?

Yang hendak di tekankan dalam kisah ini adalah :
Mengumbar nafsu adalah dosa.
Pengendalian sangat penting.

                Mengendalikan berahi, bukan hanya ersoalan dosa atau tidak, lagipula berkaitan dengan hidup sehat, kesehatan, moral, dan tingkah laku, menyelamatkan jiwa. Aku membaca buku karangan Wu Ze-yun , aku merasa sanga masuk akal :
                Manusia adalah terbentuk dari hawa alam, yg terpenting tak ada yg lbh baik dari nyawa, tetapi masih belum mampu memelihara hidup, belum tentu tahu menyelamatkan jiwa, seandainya mengetahui menyelamatkan jiwa,  maka mampu memelihara hidup.
                Manusia dewasa ini, hati manusia tidak taat lagi pada adat sekarang, adat istiadat telah hancur seluruhnya, satu-satunya yg paling berpotensi untuk mencelakai jiwa manusia adalah berahi. Di atas aksara seks (dalam penulisan huruf kanji) adalah sebilah pisau, sekali sentuh maka akan luka, seks bagaikan racun, bila meminumnya maka akan mati dengan sangat mengenaskan.

                Zaman sekarang, pria dan wanita, tua dan muda kumpul kebo, prinsip kemanusiaan telah hancur seluruhnya, jika tidak tahu cara mengendalikan berahi, salah satu yg di takutkan adalah timbulnya bencana pembunuhan.


                Jika manusia hanya menghiraukan mengumbar nafsu berahi, dengan senang hati menanggung kesengsaraan, bebas tak terkendali, sebagian besar moralitasnya duluan mati, sedangkan pikiran berzinah muncul berdasarkan nidana. Lebih-lebih saat masih muda dan semangat membara-bara, sekali di goda oleh teman yg tidak benar, enggan meninggalkan rumah bordil, sekali terperosok sukar sekali kembali. Bahkan menggali lubang dan melampaui tembok, dianggap sebagai hal yg romantis, mengunjungi rumah bordil, berbangga diri sebagai mata keranjang. Membuyarkan semangat yg berguna di tangan wanita, mengira itu adalah sukha, sbnrnya adalah dukha. Sampai pada kondisi paling lemah, vitalitas rapuh dan sum-sum kering, ambisi dengan sendirinya jatuh. Karena nya mata dan telinga menjadi buta dan tuli, tubuh menjadi kurus, watak manusia menjadi picik, sedangkan segala penyakit lemah dan lumpuh memanfaatkan kesempatan utk masuk.



                Umumnya orang yg mengumbar nafsu berahi, usaha yg tidak terhingga yg di milikinya seumur hidup, harapan yg luar biasa besar, semuanya kembali pada kekosongan karena berahi, bahkan nyawa menjadi taruhannya, reputasi hancur, atau tewas tanpa kejelasan, semuanya di sebabkan oleh tidak mengendalikan berahi.


Mengendalikan berahi sungguh sangat penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar