Selasa, 15 Juli 2014

Beban Pikiran Pak Tua Itu (Bagian12/ Akhir)

Memasuki Pedalaman Gunung


                Chen Ping datang lagi ke Seattle Lei Zang Si mencari Buddha Hidup Lian Sheng Lu Sheng-yen. Bhiksu Lama berkata, “Buddha Hidup sudah menyepi !”

                “Dimana ?”
                “Tak ada orang yg tahu.”
                Chen Ping kecewa, sulit menyembunyikan penderitaan di dalam hati. Bhiksu Lama berkata , “Buddha Hidup Maha Guru berpesan, jika ada masalah apa, asalkan menulis memo,  letakkan di depan altar mandala Taman Tantra Satya Buddha, Maha Guru kita pasti tahu. Yang memohon abhiseka di berikan abhiseka, yang memohon sarana di berikan sarana, yg memohon adhistana di berikan adhistana, yg memohon putra mendapatkan putra, yg memohon putri mendapatkan putri, yg memohon berkah mendapatkan berkah, yg memohon umur panjang beroleh umur panjang…”


                Chen Ping mengambil kertas dan pena, lalu menuliskan dua kata “Chen Ping”, kemudian meletakkan di atas meja altar mandala Taman Tantra Satya Buddha.
Ia memasang tiga batang dupa, berdoa dalam hati :
                “Dulu ada janji, hari ini datang mengunjungi, Buddha Hidup menyepi, niatku tentu Maha Guru ketahui.”


                Sekembalinya ke hotel di Seattle,  malamnya ia bermimpi, bukan hanya satu malam saja ia bermimpi, berturut-turut selama 3 malam. Di dalam mimpi Buddha Hidup Lian Sheng Lu Sheng-yen dan aku sempat berbicara empat mata:
                Buddha Hidup Maha Guru berkata, “Seks ini adalah rintangan pertama dalam usia muda, orang yg berwatak keras, pantangan yg harus di lakukannya adalah pada seks, rintangan ini harus di jaga dgn sangat ketat, membiarkannya bebas , tidak ada gunanya. Ingin mencapai keberhasilan dalam segala hal, maka jadikan tubuh sbg dasar. Tubuh manusia adalah fisik yg terdiri dari darah dan daging, intisarinya adalah stamina, prana, dan darah.”

                “Stamina mengandung sumsum tulang, ke atas menembus samudra sumsum, kebawah menembus pagar belakang, merupakan pusaka yg paling berharga dari tubuh manusia. Menjaga nya membuat telinga dan mata dapat mendengar dengan cekatan, anggota tubuh sehat dan kuat, spt air yg membasahi bumi, sehingga semua tanaman tumbuh. Juga spt lampu minyak, ada minyak ada lampu, minyak habis maka lampu padam.”


                “Pertama-tama, mempelajari hati dan ginjal saling berhubungan di sebut sbg air dan api sdh lengkap, hati adalah api, sifat api berkobar ke atas, menjalin penuh semangat jadilah api berahi, sekali api berahi bergerak , maka api lever juga bergerak,  air ginjal menjadi tiris, boleh dianggap tiris di luar dan kering di dalam. Lelaki usia 16 tahun sperma lancar, orang dulu usia 30 tahun baru beristri, yg terpenting adalah menguatkan otot dan tulangnya, mempertahankan staminanya, setelah darah dan prana stabil, barulah tidak sampai ejakulasi prematur. Manusia sekarang, masa menikah terlalu awal, lagipula awal tiris, otot dan tulang masih blm stabil, roh asal terpencar, banyak pemuda meninggal dalam usia muda, atau tidak bisa bangkit lagi, itulah penyebabnya.”

                Aku b erkata, “Memang benar, memang benar, memang sangat sulit ! Ini harus mengandalkan kekuatan samadhi sadhna sehari-hari, harus senantiasa memikirkan bahwa ini hanya adalah kesenangan sesaat, dalam sekejap menjadi kosong, karena nya, dikuatirkan akan tertimpa bencana pembunuhan, dan juga melukai tubuh , melukai jiwa,merugikan harta, kehormatan dan integritas jadi hancur, segala macam akibat buruk muncul karenanya, untuk apa ?”

                Buddha Hidup Maha Guru Lu tertawa terbahak-bahak, “Sangatlah baik ! Sangatlah baik ! Ubun-ubunmu telah muncul sinar putih. Manusia sekarang tidak berbuat mesum seumur hidup, maka beroleh karir seumur hidup. Hari ini kau telah menyesal dan membulatkan tekad. Satu orang bisa menasehati 10  orang, 10 orang bisa menasehati 100 orang, 100 orang bisa menasehati ribuan smpai puluhan ribu orang utk mmbulatkan tekad tidak berbuat asusila dan mesum. Ini bagaikan pewarisan pelita, satu pelita menyala, maka ribuan pelita pun menyala, pelita tidak terhingga , cahaya pun tidak terhingga.”

                Aku (Chen Ping) berkata, “Agar memperoleh Sadhana Tubuh Penjelmaan, aku bersedia : pertama mengabaikan keluarga dan meninggalkan ambisi ; kedua membangkitkan Bodhicitta ; ketiga membina segala pahala ; keempat berikrar utk kembal ke surga.”

                Sajak berbunyi :
               
                Di samudra tak bertepi samudra mencakup angkasa.
                Samudra dan angkasa seluruhnya istana padma.
                Di sekeliling istana padma seluruhnya samudra hampa.
                Di tengah-tengahnya muncul wajah Chen Ping.



                Buddha Hidup Lian Sheng Lu Sheng-yen memberikan Chen Ping sarana dan abhiseka. Mewariskan dan mengajarkan rumus rahasia “Sadhana Tubuh Penjelmaan”.
Menganugrahi Chen Ping maha adhistanabala. Prinsip “Sadhana Tubuh Penjelmaan.”

1. Pewarisan dan pengajaran aksara rahasia.
2. Mematri aksara rahasia pada kening, tenggorokan, dan hati.
3. Menata aksara rahasia di sekujur tubuh sadhaka.
4. Tubuh sadhaka sendiri menjelma menjadi aksara rahasia.
5. Aksara rahasia ini adalah Buddha pula.
6. Keberhasilan dalam sadhana ini adalah terputusnya kilesa, mencapai Bodhi hidup dan mati, serta
     parinirvana.
7. Mencapai ke-Buddha-an dalam tubuh sekarang.

                Sadhana ini memiliki banyak rumus rahasia. Di dalam mimpi, Chen Ping mendengar sendiri Buddha Hidup Maha Guru mentransmisikan secara lisan dengan sangat terperinci.

                Chen Ping berseru bahwa penghentian pengamatan ternyata begitu bersih, begitu agung, begitu luar biasa, bagaikan mutiara yg paling berharga di dalam tubuh sendiri. Diri sendiri didalam ratusan ribu kalpa belum pernah menyadarinya, kini begitu mutiara muncul, segala dosa dan noda dalam ratusan ribu kalpa, lenyap semuanya, seketika mencapai siddhi dan kesempurnaan.
                Inilah :
                 
Jika mausia menuntut prajna Buddha.
                Menembus dan mencapai Bodhicitta.
                Biarpun hanya berlatih sadhana tubuh penjelmaan.
                Membuktikan sendiri kebenaran Maha Bodhi.

*

                Setelah aku memperoleh “Sadhana  Tubuh Penjelmaan”, aku mengucapkan selamat tinggal pada kerabat dan teman, aku mengajukan pengunduran diri pada rumah sakit,  seluruh diriku menjadi santai, segalanya tidak lagi panik, takut, berontak, terhadap diri pun aku telah memahami hikmah keberadaan hidup. Dengan adanya cita-cita makan akan ada kecemerlangan dalam hidup.

                Buddha Hidup  Maha Guru berkata, “Maha Prajna Paramita adalah mantra maha dewa,  mantra maha terang, mantra anuttara, mantra  tak terbandingkan. Ini artinya prajna untuk mencapai pantai seberang adalah Anuttara Samyaksambodhi.”



                “Hikmah terbesar daam hidup di sini.”
                “Yakni melatih diri untuk mencapai pantai seberang !”
                Setelah aku (Chen Ping) melepaskan segala hal duniawi, keluar dari dalam kesesatan, aku memikul buntelan yg sederhana, memasuki pedalaman gunung. Aku telah mencampakkan pengejaran reputasi, keuntungan, dan seks. Aku telah mencampakkan ingatan yg samar-samar. Aku bukan lagi seekor ikan yg menjadi kering, berjuang sampai stamina terkuras habis. Aku telah meniggalkan kecurangan perjalanan kehidupan masa lalu.

                Ini adalah pilihan terakhir dari makna kehidupan, yakni kembali pada ego, memasuki lautan rimba yg luas,di sana adalah sehampar gunung tinggi dan padang rumput, ada goa yg cembung, ada sungai yg putih bergemuruh, ada seutas air terjun.

                Aku segera tahu bahwa aku tidak mungkin kembali lagi ke dalam dunia fana utk bergelut, kerisauan dunia fana terlalu banyak, segala ingatan semuanya adalah beban. Begitulah manusia yakn mengisi satu kerisauan dengan satu kerisauan ke dalam hati sendiri, kemudian semakin lama semakin berat, sampai akhirnya diri sendiri pun terhimpit sampai tewas.

                Hatiku gembira. Aku berjalan ke arah sungai besar tersebut. Aku mengeluarkan teriakan kepuasan dari dalam tubuh dan pikiran, semula aku adalah orang yg tercekik, sekarang semuanya telah lepas.


                Puncak gunung yg tinggi itu berada di atas kabut dan awan, awan sedang melambung, sama sekali tidak ada beratnya, kabut bagaikan semangat keharmonisan, alam ini terbuka, itulah alamiah, ini adalah hal yg belum pernah di alami oleh orang awam.
                Awan dan kabut adalah alami.
                Awan dan kabut adalah alamiah.
                Awan dan kabut adalah isi hati.
                Aku seolah-olah terpencar. Di tengah gunung , sungai dan daratan luas, aku telah kehilangan bentuk, sekujur diriku santai, melambung menjelma menjadi awan dan kabut, menjelma menjadi gemuruh sungai besar, menjelma menjadi pohon, menjelma menjadi gunung, menjelma menjadi kedamaian yg tak teruraikan.


                Aku tahu, manusia-manusia di bawah gunung masih melewati hari dengan tergesa-gesa, masih memikul beban yg berat di atas tubuh, mash masih punya banyak kesedihan dan dendam,  banyak keluhan, banyak budi-dendam,  banyak seruan, aku merasa aku telah melompat keluar, sekarang hikmah kehidupan barulah sungguh ada di dalam tangan sendiri. Dulu tidak, dulu ditengah pusaran, sebentar timbul sebentar tenggelam.

                Aku telah menyelamatkan diri sendiri !
                Aku juga ingin menyelamatkan mereka (para wanita), entah mereka bersedia di  selamatkan atau tidak  ?
                Aku telah bersih !
                Lantas bagaimana dengan manusia di dunia ini ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar