Selasa, 15 Juli 2014

Beban Pikiran Pak Tua Itu. (Bagian 1)

Siapa Pak Tua Itu ?


Raja Akhirat menyerahkan sebuah buku harian kepada-Ku. Bagaimana asal usul buku harian ini ? Ternyata justru adalah pak tua itu setelah membaca dua buku-Ku yang berjudul "Kesejukan Hati Seketika" dan "Pelita Terang Seketika" timbul penyesalan, pak tua ini semula punya kebiasaan menulis buku harian sehingga kisah asmara masa lalu di catat di dalamnya, pada saat itu juga pak tua menambahkan kata kata penyesalan di bawahnya, kemudian buku harian tsb di bakar di alam terbuka.

Begitu Raja Akhirat menerima buku harian ini, Beliau sangat menghargainya, serta setuju dgn tindakan (penyesalan) pak tua itu. Beliau diam diam telah mengakui pertobatan dan penyesalannya. Raja Akhirat merasa buku harian ini mesti si umumkan kepada dunia. Raja Akhirat menganggap bahwa di umumkannya kisah ini kepada dunia akan bermanfaat bagi "kemanusiaan", memberi kewaspadaan kepada orang yang "serakah", atau mungkin bisa mengubah kebiasaan sesaat orang awam, oleh karena itu, Raja Akhirat menyerahkan buku harian kepada-Ku agar Aku menuliskan buku baru.

Aku membuka buku harian tersebut, Aku sungguh terperanjat sekali, pak tua itu ternyata adalah dia.

Siapa dia ?

Aku sendiri beranggapan bahwa semula "buku harian" ini bersiifat rahasia, asal usul buku ini adalah dia, si pak tua yang iseng menulis, semula karya semacam ini harus di kesampingkan, tidak dapat di umumkan, bahkan tidak dapat di singkapkan, bahkan di dalam karangan asli di cemaskan adanya rencana jahat, karangan ini disebut sebagai karangan yang mendorong orang utk berbuat jahat, meskipun begitu, lewat pengoreksian-Ku, karya ini tampak lebih mengandung nilai seni, lebih masuk akal, tdk sampai mengundang pasukan penghukum dari kaum cendekiawan konservatif.

Siapa pak tua itu ? Kalian pasti sangat penasaran, Aku memutuskan tidak akan mengutarakan nama sebenarnya, Aku juga tdk bermaksud agar kalian menebaknya, jika ada orang yg mau memboroskan stamina yang tak terhitung, menguras habis keahlian utk menguji dan terus menerus memikirkan jejak di dalam catatan ini, Aku pun berasumsi bahwa itu sama sekali tdk perlu.

Aku akan membantu memberikan sebuah nama buat pak tua itu :

Marga : Chen ( popularisasi )
Nama : Ping ( sipilisasi )

Siapa pak tua itu ? Dia adalah orang yang membuat-Ku sangat kaget. Aku tentu mengenalnya. Ia adalah siswa Satya Buddha, dalam status sosial, ia adalah orang yang bertugas melayani masyarakat dgn rendah hati; dalam status sosial , ia adalah seorang yang bertugas melayani masyarakat dgn rendah hati; dalam penampilan, ia sangat di sukai orang-orang, berperawakan tinggi dan tampan.
Semoga Aku menuliis seperti ini tdk akan mengundang perhatian dari umat aliran Satya Buddha, di salah pahami sebagai rahasia yang sengaja di bocorkan utk menarik perhatian.

Sewaktu Aku menulis buku ini, dalam konsep kesadaran, ia adalah sebuah buku harian, tetapi juga novel, berdasarkan acuan pembuatan, Aku tdk bisa menjadikannya versi buku harian, juga tdk bisa sepenuhnya versi novel, jadi, boleh di katakan merupakan kombinasi dari buku harian dan novel, buku harian di dalam pembuatan novel jadi lebih lazim. Berdasarkan gaya penulisan-Ku, Aku bahkan bisa menuliskannya menjadi novel versi sastra.

Semula Aku ingin menulis dengan menggunakan orang kedua, tetapi menggunakan kata "kau" bukan kebiasaan-Ku, ingin menulis dgn menggunakan orang ketiga, menggunakan kata "dia", terasa ada jarak, gaya naratif kata "dia" terasa jauh, terakhir Aku merasa sudahlah gunakan kata "aku" saja. Ii lebih sesuai dgn wajah asli-Ku dalam menulis, sampai sekarang ini Aku adalah orang yang menulis dgn menggunakan orang pertama. Au tidak yterbiasa menggunakan "kau" maupun "dia".

Tidak peduli bagaimanapun, "aku" ini bukan Buddha Hidup Lian Sheng Lu Sheng Yen, melainkan pak tua itu, Bapak Chen Ping. Maksud dari catatan ini adalah mengkombinasikan kisah pengalaman Chen Ping dan analisa batin Chen Ping untuk sekaligus menampilkan proses perjalanan sifat manusia pada "birahi", ini pun dapat dianggap mempelajari sifat manusia, sehingga sifat manusia jernih bagai air murni, langsung menampilkan gambaran hati si pak tua.

Aku tahu maksud Raja Akhirat memberikan buku harian ini, yakni dengan meminjam buku harian si pak tua, Chen Ping utk mewaspadai manusia, ini adalah contoh yang unik, lebih nyata, sangat terasa bagi umat manusia, menggunakan orang yang tertentu, pengalaman nyata yang tertentu, kelak akan lebih bermakna di bandingkan "Kesejukan Hati Seketika" dan "Pelita Terang Seketika", buku ini merupakan metode penulisan yg paling langsung dan nyata.

Sebelum Aku menulis buku ini, yang harus khusus di klarifikasikan adalah :
1.Beban Pikiran Pak Tua Itu adalah kisah yang langsung memotong birahi sifat manusia.
2.Siapa pak tua itu? Aku tahu namun kalian tidak tahu.
3.Aku memakai orang pertama dalam menulis, namun juga berarti "kau" maupun "dia".
4.Beban Pikiran Pak Tua Itu mengajarkan kita untuk mematuhi sila.
5.Jangan sekali kali melakukan penyelewengan susila.
6.Mohon jangan bertanya kepada-Ku siapa pak tua itu.

Aku menulis 1 sajak :

Masa lalu telah pergi meninggalkan gedung jambrut.
Ternyata hidup adalah bagai angin mengalir.
Kini uban terurai di kedua pundak.
Hari ini menatap setiap bulan bagai kait.
Di dalam bantal mendadak terdengar burung ingin pulang.
Buku harian tercatat musim gugur yang berguguran daun.
Memanjatkan Buddha dan melafalkan mantra melewati sisa usia.
Bernostalgia di kala senggang membuat air mata berderai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar