Selasa, 15 Juli 2014

Beban Pikiran Pak Tua Itu. (Prakata)

Tambahan Titah Raja Akhirat.



Aku berbaring diatas ranjang dan baru saja selesai berlatih "Sadhana Tidur Bersinar". Aku mengirimkan kesadaranku sendiri ke dalam samadhi Maha Sinar lautan kesadaran Vairocana di tengah angkasa.

Sptnya kesadaranku tumbuh dua sayap, melambung, naik meninggalkan bumi, tegak lurus ke atas menuju langit, Aku hanya mampu menenangkan diri, ini sungguh adalah pemandian hening yang hebat dan luar biiasa di dalam "tidur di lautan maha sinar" dari sadhana Tantrayana.

Namun, malam ini tidak seperti biasanya, aku sangat terperanjat !

Sewaktu kesadaranku naik, Aku menemui rintangan, yakni di halangi oleh "Jaring Langit" raksasa, aku ibarratnya seperti ikan yang sedang berenang tiba tiba tertangkap oleh jala nelayan.
Awalnya aku merasa sedikit pusing dan mata berkunang kunang, terblokir secara aneh.

Kesadaranku terperosok, di sekeliling hanyalah sehampar kegelapan yang pekat, dunia yang kelam terlintas sinar suram, kepekatan kegelapan sama sekali tak terhingga, saat itu juga aku mengerti bahwa aku masuk ke dalam neraka angin dingin yang tak berwujud.

Begitu tiba di alam neraka, seketika aku memasuki istana Raja Akhirat, kegelapan telah lenyap seluruhnya, Raja Akhirat melihat-Ku sdh tiba, Beliau menyambut-Ku dgn tertawa terbahak bahak, "Sambutlah Buddha Hidup Lian Sheng!"

"Apakah ini cara menyambut tamu ? Memaksa-Ku datang dgn menggunakan Jaring Langit dan Jala Bumi seperti ini tiidak sopan." Aku marah sembari tertawa.

Raja Akhirat menggenggam tangan-Ku, berkata, "Kesampingkan hal sepele. Bila Aku tidak mengundang dgn cara seperti ini, maka Kau tdk bakal datang. Aku telah mempersiapkan perjamuan agung sebagai kompensasi atas kesalahan-Ku"

"Terlalu sopan pasti ada maunya!" kata-Ku

"Tepat sekali, Tebakanmu Benar!" Raja Akhirat berkata, "Dulu Aku telah meminta Buddha Hidup Lian Sheng mengumumkan Titah Raja Akhirat, begitu titah ini keluar, ternyata merupakan pelita terang seketika, juga membuat manusia dunia memperoleh kesejukan hati seketika, ini ibaratnya seperti pelita abadi yang selalu terang, membuat segala benih kebajikan dan kejahatan yang terkandung di dalam diri manusia tdk tercemar, pada saat bersamaan byk org memperoleh kewaspadaan, ada yg bertobat dgn pergi ke vihara, ada yg bertobat dgn pergi ke kuil, ada yg bertobat pada hati sendiri, ada yg bertobat diantara langit dan bumi dgn kepala menengadah ke langit, ada yang bertobat dgn telungkup, yang bertobat sungguh banyak."

Hati-Ku gembira sekali.

Raja Akhirat berkata, "Akan Ku antar Kau melihat sebuah neraka yang sama sekali tdk pernah Kau bayangkan, Kau boleh memberitahu manusia dunia bahwa beginilah akibat dari orang yang berbuat dosa birahi dan asusila."

Aku berkata," Neraka ini tdk perlu aku lihat lagi, paling paling membuka otak, mencungkil hati, memotong empedu, membabat kaki, memutuskan jari, mencungkil mata, jarum dan duri, menebas telinga, memotong hidung,...."

Raja Akhirat berkata, "Ini beda, hukuman neraka neraka ini masih ada, namun neraka sekarang sudah berbeda, ada sebuah neraka tempat bagi orang yg berbuat asusila."

"Beda?" Aku penasaran, "Bagaimana bedanya ?"

Raja Akhirat menunjukkan kepada-Ku, Aku kaget melihatnya.
Aku melihat seekor demi seekor serangga halus yang berwarna merah, banyak sekali, tubuh serangga merah halus kecil itu meliuk liuk, serangga merah yang kecil dan halus ini ada dalam air lembah, di dalam lumpur yang bau, semuanya sedang meliuk liuk, memanjang dan memendek.

Di tengah belum terbukanya kekacau balauan, tidak ada langit, tidak ada bumi, sama sekali tidak ada ruang dan waktu, serangga kecil dan halus ini sedang meliuk liuk, sedang meronta, sedang meraung, sedang berebut makanan, mereka sedang berteriak histeris, mereka sedang saling memangsa.
Bila api menyala, mereka hangus terbakar api, bila air membanjiri, mereka sesak nafas, bila itik api datang, mereka di mangsa dan di robek, dunia di dalamnya adalah gabungan dari teriakan histeris, pelarian, raungan, pembunuhan, pemangsaan, pertarungan dan kekacauan.

Aku seakan akan teringat pada cacing merah yg halus dan panjang yang meliuk liuk di dalam air selokan yang bau di dunia ini, dan juga cacing merah yang berada di bawah batu, di tanah yang dingin dan basah....

Raja Akhirat berkata, "Dunia adalah neraka, lihatlah orang yang ada di tengah kegelapan itu, api keserakahan, tubuh yang meliuk liuk, menjelma menjadi serangga merah yang kecil dan halus, merembes kedalam tanah yang gelap, ke dalam air, semakin lama semakin kecil, meliuk liuk jadi sekelompok sekelompok, berayun ayun ditengah angin dingin, terus sampai padam, padamnya hidup."

"Ini adalah neraka!" Aku tertegun

"Neraka dunia !" kata Raja Akhirat

Aku teringat bahwa neraka dunia sungguh sangat banyak, di dalam lumpur yang ada di bawah batu raksasa, di dalam air selokan yang bau. Udara dingin naik dari bawah kaki-Ku, seluruh tbuh-Ku jadi dingin karena di hembus angin. Mungkin ini adalah balasan bagi umat manusiayang mengejar keprimitifan!

Sewaktu Aku hendak pergi, Raja Akhirat menyerahkan sebuah "buku harian" kepada-Ku. Aku bertanya, " Punya siapa ?"
Raja Akhirat menjawab, "Punya seseorang. Sepulang nanti tulislah sebuah buku."

Buku ini adalah "Beban Pikiran Pak Tua Itu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar