Sabtu, 28 Juni 2014

Lagu Cinta Yang Memilukan

Dalam 'perjalanan astral' Ku ---

Aku mendengar doa seorang murid wanita muda:'Om. Guru Liansheng Sidhi Hum. Shizun, Budha Hidup Liansheng Lu Shengyen, saya telah melaksanakan puja homa sebanyak 49 sesi, mohon Kurukulle Bhagavati memberkati wasikarana saya, mohon berdasarkan prasetya mula-Nya, saya berniat menikah dengan teman pria saya.'
Doa murid wanita itu sangat tulus:'Mohon Shizun! Mohon Kurukulle Bhagavati!'Puja homa Tantrayana luarbiasa berkuasa, kekuatan Dharmanya sangat besar, jadi dalam 'perjalanan astral' Aku pun mendengar panggilan yang keras dari si murid wanita itu.


Demi murid wanita ini, Aku pergi mengamati teman prianya.Tanpa disangka-sangka ternyata pria ini juga murid-Ku, jadi ini adalah murid wanita mencintai murid pria, mencintainya setengah mati.Murid wanita ini sering pergi ke rumah murid pria itu untuk menunggunya pulang kerja, sekedar untuk bertemu, menyapa dan berbicara beberapa patah kata...
Tetapi murid pria ini agak menghindar.Yang lebih mengejutkan Aku adalah, murid pria ini juga melakukan ritual puja homa, ia melakukan homa 'Raga Vidyaraja', ia juga memohon dengan tulus.'Om. Guru Liansheng Sidhi Hum. Shizun, Budha Hidup Liansheng Lu Shengyen, saya melakukan ritual homa Raga Vidyaraja 49 sesi, mohon berkati saya untuk menikah dengan teman wanita saya .'
Masalahnya adalah begini:Murid wanita mencintai murid pria.Yang dicintai murid pria bukanlah murid wanita itu.Akan tetapi wanita lain. Kekasihnya bukan dia.


Pada suatu hari ----
Murid pria mengantar pulang teman wanitanya dengan 'Mercedes Benz', mereka berdua sangat mesra, saling berpegangan tangan, ditambah lagi dengan mencium pipi.Si murid wanita terkejut saat melihat itu, ia memandang dengan bingung!
Ingin menangis tapi tidak ada air mata, diam-diam ia perhatikan murid pria itu, tangannya melingkar di pinggang gadis itu, memasuki rumah dan 'pheng' bunyi pintu ditutup.Hati murid wanita itu telah terluka, akhirnya ia tidak tahan lagi dan mengalirlah air mata, dengan lugu ia menanti pria itu pulang, akhirnya ia hanya melihat pemandangan seperti itu.
Si murid wanita tidak putus asa, pulang ke rumah ia lakukan lagi ritual homa, memohon lagi, memanggil lagi dengan suara keras:'Om. Guru Liansheng Sidhi Hum. Shizun, apakah Engkau mendengar?''Om. Kurukulle Bhagavati. Saya tidak bisa tidak kawin dengan dia, ia tidak bisa tidak menikahiku. Apakah Engkau mendengar?'Api homa membakar dengan nyala berkobar-kobar.


Yang tidak dikira orang adalah:
Murid pria Ku ini sangat melekat mencintai teman wanitanya yang sekarang, kepada murid wanita yang melakukan ritual homa itu, sedikitpun tidak tersentuh hatinya.Dan lagi murid pria ini melakukan ritual sadhana Raga Vidyaraja dengan sangat rajin dan sungguh hati, mantra sudah dijapa dengan lancar di luar kepala, sudah berjuta-juta kali.


Dalam 'perjalanan astral' Ku, Aku dengan Kurukulle Bhagavati dan Raga Vidyaraja membahas perkara besar permohonan wasikarana dari puja homa kedua orang murid ini.

Kami menyelidiki empat hal besar:
1. Sebab akibat karma dari ketiga orang itu.
2. Keputusan yang bagaimana yang bisa dianggap adil dan setara.
3. Apakah dengan kekuatan Dharma tetap dapat meningkatkan keyakinan.
4. Mempertimbangkan apakah bisa ketiga orang itu tidak saling melukai.


Hasil pertemuan itu adalah:

Kurukulle Bhagavati geleng kepala.
Raga Vidyaraja geleng kepala.
Aku geleng kepala.


Rupanya 'cinta' itu melilit abadi tiada henti, tidak ada cara untuk menyelesaikannya, bagi mereka yang sangat menginginkan cinta egoistis, tak pelak lagi akan penuh dengan kegelisahan dan penderitaan, rasa memiliki yang kuat pada orang yang kita kasihi akan selamanya berputar tiada henti, yang sesuai dengan kehendakku saya bahagia, yang tidak sesuai dengan kehendakku saya marah.
Penyelesaiannya adalah 'biarkan terjadi apa adanya'.Akan tetapi, Aku masih bersimpati dengan murid wanita yang melakukan ritual homa itu, Aku tahu permohonannya sia-sia, walaupun telah melakukan 100 sesi atau lebih banyak lagi, Kurukulle Bhagavati tidak berdaya membantunya, Aku pun tidak berdaya membantunya.
Diam-diam Aku bisikkan ke telinganya:'Murid-Ku, kamu memohon pada-Ku, Aku mohon pada siapa?'
Ia mendengar suara itu, tetapi tidak melihat diri-Ku, menoleh sebentar ke sekeliling, merasa agak ganjil!
Tetapi, ia masih belum mengerti maksud-Ku.Aku hanya bisa meninggalkannya dalam 'perjalanan astral' Ku!
Semua cinta di dunia, semuanya timbul dari sebab dan afinitas, ada yang dalam afinitasnya, ada yang dangkal afinitasnya, ada yang berbuah afinitasnya, ada yang tidak berbuah afinitasnya. Walaupun memohon dengan puja homa yang mempunyai adhistana kekuatan Dharma, tetapi 'karma tetap', 'afinitas tetap' tetap sangat sulit untuk diubah.


Aku berkata:
Seandainya kondisi/syaratnya lengkap.Sebab dan afinitas akan bertemu.
Seandainya kondisinya tidak lengkap.Memaksakan keinginan tetap tidak berguna. 


Aku samasekali tidak mengatakan, sadhana Tantra tidak berkekuatan Dharma, akan tetapi berkata, kemelekatan pada aku, attanuthiti (pandangan subjektif), sakayadithi (pandangan pada bentuk), hasrat keinginan, segala dharma berkondisi, 'karma tetap' sulit diubah. Aku telah berusaha sekuat tenaga, telah memberitahu murid wanita itu. Berharap ia bisa merelakan, barulah benar-benar dapat memutuskan api klesha.
Pada suatu hari, ia melihat pasangannya telah menikah, mempelai wanitanya bukan ia.

Di dunia ini yang paling menakutkan adalah kebencian, kebencian yang timbul dari hatinya tidak hanya pada murid pria itu, ia juga membenci mempelai wanitanya. Bahkan benci pada semua saudara, orangtuanya dan semua orang. Kebencian bisa mengubah segalanya, pada saat ini akal sehat, moral, kebijaksanaan, ajaran agama, kesabaran semuanya telah hilang, di dalam hati terus menerus dipenuhi oleh rasa dendam dan tidak puas, ia tidak mempunyai lagi rasa bahagia, ketenangan dan sukacita.Ia tidak mampu menjaga keseimbangan pikiran dan perasaannya ---
Ia membenci Shizun tidak memberi respon.Ia membenci puja homa.Ia membenci Kurukulle Bhagavati tidak membantunya.Rupang Shizun dan semua Budha Bodhisatva di altarnya habis dalam sekali sapu, sampai tungku homapun diberikan pada orang lain, semua alat Dharma dibuangnya, jubah Dharma yang biasa ia pakai dibakarnya, ia benci, benci, benci, kebencian yang takterhingga....
Aku meneteskan air mata pun tiada gunanya, tidak mampu memanggil kembali hatinya.Ia merobek Sertifikat Sarana nya.Aku sangat menyesali diri sendiri, karena tidak berdaya menolongnya, Aku bertanggung jawab, Aku menyesal, Aku tidak berdaya, hati-Ku sangat sakit, akan tetapi tidak bisa berbuat apa-apa!
Karena makhluk hidup mempunyai hasrat keinginan, karena memohon terpenuhinya hasrat keinginan maka yang bersarana semakin banyak, sebenarnya setelah memasuki pintu sarana, harus bisa merenungi 'dharma sebab afinitas', hanya melekat pada hasrat keinginan, terkadang sangat mudah untuk kehilangan keyakinan.

Coba saudara sekalian renungkan:

Segala benda tidak bisa dibawa pergi, Hanya karma yang menyertai diri, Nafsu tidak penuh ditimbun, Belajar Budha menjadi belajar mara.


Setelah memasuki pintu sarana, maka harus segera mengembangkan Bodhicitta, ke atas mencapai ke-Budha-an, ke bawah menyeberangkan makhluk hidup, adalah 'tiada hati' yang menginginkan apapun. Juga adalah 'Kekosongan Tiga Roda' (catatan penerjemah: Kekosongan Tiga Roda (三輪體空) adalah kekosongan baik pendana, yang menerima dana maupun benda yang didanakan), jangan melekat. Hanya pengembangan Bodhicitta yang seperti itu yang tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain, belajar Budha Dharma dan bhavana yang sesungguhnya adalah tiada masalah, tiada hati, tiada kemelekatan dan halangan (罣礙), tiada kegelisahan, tiada kekawatiran, tiada kecemasan.


Kita belajar Dharma Tantra dan melakukan puja homa, cukup dengan segenap kekuatan melaksanakannya memohon daya adhistana para Yidam, Budha Bodhisatva. Pada saat yang sama, kita harus memahami, bentuk luar dari dunia manusia, kesuksesan kegagalan kejayaan dan kemunduran sebenarnya hanya fenomena sementara saja, yang disebut 'terbentuk, menetap, melapuk, kosong', 'lahir, tumbuh, berubah, hilang', 'anitya', 'anatta', 'dukkha', 'sunyata', semuanya disebabkan oleh sebab dan afinitas. (Cinta adalah karena sebab dan afinitas)


Belajar Budha Dharma adalah:
Demi kebajikan.
Demi Kesucian.
Demi meraih Cahaya.
Demi bebas dari reinkarnasi.


Belajar Budha Dharma dan bhavana adalah demi kebijaksanaan 'kebebasan' dan kebijaksanaan 'Bodhi', adalah untuk kepenuhan Dharmasukha, puas dengan yang ada baru akan selalu bahagia, akan membuat tubuh menjadi sehat, hati dan pikiran merasa nyaman, dunia terlihat segalanya indah, tiada satu hal yang tidak disyukuri, Dharmasukha seorang sadhaka harus disebarkan ke mana-mana laksana wangi dupa untuk menyentuh hati para makhluk berperasaan. 
Kehidupan manusia yang berharga harus mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan, ini baru pandangan hidup manusia yang benar. Irihati dan kebencian itu tidak benar, kita yang belajar Budha Dharma, harus memahami bahwa Ajaran Budha dibangun diatas pandangan benar yang punya sebab dan punya akibat, yang pertama menerima luka akibat kebencian adalah masih diri sendiri juga.


Wahai para murid yang telah bersarana! Disini Aku ingin memberitahukan dengan sejelas-jelasnya pada kalian semua, mengertikah kalian akan hati Shizun?
Bersarana harus bersatu hati dengan Shizun. Mengertikah kalian akan ikrar Shizun? Bersarana harus berjalan sesuai dengan ikrar.
Mengertikah kalian ajaran 'Dharma Tantra Satya Budha' dari Shizun? Bersarana harus memahami ajaran, jangan diombang-ambingkan oleh 'cinta' diri sendiri.


Aku berharap para sadhaka yang melatih puja homa, menampilkan 'puja sepenuh hati', 'berdana sepenuh hati', 'menjapa mantra sepenuh hati', 'berlindung sepenuh hati'.
Bukan memohon, memohon, memohon.....Memohon bagaimana bisa puas?

Banyak Hantu Di Kasino

Orang yang main mahjong, kebanyakan akan mengalami suatu kejadian aneh, setelah pengalaman aneh itu ia akan berkata: 'Kartu ini ada hantunya!'
Sebenarnya main mahjong harus berempat, tiga orang tidak cukup orang, orang mengira ada empat orang sedang main kartu.
Tetapi Aku melihat, ada delapan orang, empat orang di antaranya adalah hantu, atau, bahkan lebih banyak lagi hantu menonton di samping.Ada satu pengalaman yang membuat-Ku sulit melupakannya.
Orang yang baru belajar mahjong, jelas-jelas tidak bisa main, main sembarangan. Hal yang aneh adalah, orang yang baru belajar itu yang selalu menang.Menang sampai para pemain kawakan teriak-teriak tidak karuan.Bagaimana pemain baru bisa menang.Tanpa dia yang seperti ada bantuan dari hantu itu, menarikmu masuk ke dalam lautan judi, terbius oleh judi, semua mendapatkan keasyikan!
Aku lihat manusia di dunia ini, semua manusia dunia mempunyai sifat penjudi.Melihat para hantu, hantu lebih suka lagi berjudi.


Ada suatu kali.Aku pergi berkunjung ke kasino di Asia Tenggara, begitu masuk tempat judi, segerombolan hantu berteriak:'Raja Hantu telah datang, semua menyingkir.'

Benar saja gerombolan hantu pun menyebar.Ku tangkap sesosok hantu dan bertanya: 'Mengapa memanggil-Ku Raja Hantu?'

Hantu menjawab: 'Dibalik jempol tangan kanan-Mu, tinggal Raja Hantu Berwajah Ceria, begitu Ia muncul, kami tidak akan menghalangi, maka Engkau akan menang!'

Aku menjawab: 'Aku bukan datang untuk berjudi.'

Pada saat ini gerombolan hantu itu pun kembali ke sarangnya.
Aku bertanya: 'Mengapa kalian bergerombol di tempat judi?'

Mereka menjawab: 'Kami ini hasil ritual ilmu dari dukun yang menginginkan bandar kami menang, sebagian besar tempat judi selalu ada ilmu hantu, membuat tamu kalah habis. Kami bisa menukar-nukarkan kartu agar tamu kalah dan bandar menang.'Setelah Aku mendengarnya Aku tertawa terbahak.


Ada lagi suatu kali, Aku menonton 'show' di kasino Las Vegas.Sementara empat orang Big Mama sedang berjudi.
Dibelakang Aku menjapa mantra:
Mantra 'Purba Dorje': 'Om. Piezha. Jili Jilaya. Saerwa. Piganian. Phan. Hum. Phei'
 Ada lagi Xiong Tian Junzhe.Dua sosok Raja Hantu Mahabala ini mengejutkan para hantu judi sampai kabur ke mana-mana.

Chen Chuanfang, Wei Siyan, Jiang Guanrong, Sun Aizhen empat orang ini setiap kali pasang pasti menang, ke empat Big Mama ini bahkan menggantikan bandar membagikan kartu.Manajer kasino segera datang.Anggota Security segera datang.Setiap kali membagikan kartu, keajaiban terus terjadi, setiap kali menyebabkan bandar terpukul babak belur.Seluruh kasino menjadi heboh.Memaksa bandar tidak bisa berbuat apa-apa.(Sebenarnya bukan kartu kami yang mujur, semuanya ini karena dua sosok Raja Hantu Mahabala yang menjadi dalangnya, para hantu judi bertumbangan tidak berdaya, kami tidak pernah kalah satu taruhan pun, sampai si bandar tertawa pahit dan tidak habis pikir, terus mengganti pembagi kartu pun tetap kalah juga.)

Ada Aku Nenek Moyang Raja Hantu disitu.Semua hantu kecil tunduk pada perintah.Sesepuh tidak bisa tidak harus menang.
Aku bilang: Tempat perjudian di Asia Tenggara sebagian besar mengundang 'orang pintar' untuk memelihara hantu, Ilmu Memindahkan Keberuntungan Lima Hantu, para tamu judi pasti kalah.Bahkan tempat perjudian di Barat juga ada orang memelihara hantu.
Jadi, yang tidak berilmu, jangan sekali-kali pergi ke tempat judi, akan terjadi penghamburan uang, sekali berjudi bisa kalah habis, saudara sekalian harus sangat waspada! Sebaiknya tidak berjudi.

* * * 

Satu Kata 'Fuo' Saja Sudah Sangat Luar Biasa!

Ada seorang wanita bernama Chen Xiang datang berkonsultasi kepada Saya tentang ke mana arwah ibunya reinkarnasi. Setelah Saya bersamadhi menyelidiki, dengan kasihan Saya berkata:

'Di neraka yang panas menghanguskan.'

'Ibu tidak mungkin masuk neraka. Saya tidak percaya.'

Saya berkata, 'Saat ibumu masih hidup, api kemarahannya terlalu besar. Itu sebabnya ia masuk ke neraka yang panas menghanguskan.'


Pulang ke rumah, Chen Xiang bertanya kepada ayahnya mengenai sifat-sifat ibunya. Chen Xiang masih terlalu kecils saat ibunya meninggal dunia. Ayahnya menjawab, 'Ibumu sebenarnya baik hati, hanya sifatnya tidak sabar dan pemarah. Selagi masih hidup, ia sebenarnya sangat telaten terhadap keluarga. Tapi, justru karena terlalu teliti mengatur, terlalu menuntut, maka mudah timbul cekcok dengan orang lain seperti tetangga, pembantu rumah tangga, dan teman, bahkan sampai berselisih di pengadilan. Ia selalu terlibat pertengkaran di mana saja.'


'Jadi ibu itu mudah membenci dan marah-marah?'

'Bila melihat sesuatu yang tidak cocok baginya, ia akan sangat marah.'


Maka, Chen Xiang kembali mencari Saya, 'Master Lu, bagaimana caranya menolong ibu?'


Saya bersamadhi lagi sebelum berkata, 'Sulit menolongnya.'

'Mengapa?'

'Api berkobar terlalu besar. Sulit masuk.'

'Padamkan saja apinya.'

'Ini bukan api biasa.'

'Master Lu harus menolong ibu. Pikirkanlah caranya. Biar bagaimanapun ibu harus ditolong.'

Saya berkata, 'Saya akan coba meminta Dewa Air untuk menolongnya.'

'Dewa Air yang mana?'

'Da Yu.'


Saya membaca mantra mengundang Da Yu. Da Yu menampakkan diri dan langsung menerima titah Saya untuk pergi ke 'neraka yang panas menghanguskan'. Tak lama kemudian Ia kembali. Tapi, Ia kembali sendirian. Sekujur tubuh-Nya hitam hangus. Terlihat menyedihkan.


Saya bertanya kepada Da Yu, 'Apa yang terjadi?'


Da Yu menjawab, 'Sewaktu memasuki 'neraka yang panas menghanguskan' itu, api demikian besar berkobar-kobar. Baju dan wajah Saya hangus semua.'

'Mengapa tidak membaca rumus penghindar api?'

'Tentu saja Saya tidak bisa. Saya hanya bisa mengatasi air, hanya mengerti sifat air dan rumus penghindar air. Saya bukan ahli mengatasi api. Liansheng Rinphoce, Kau telah keliru.'


Saya sampai memegang kepala Saya, berpikir, 'Saya hanya berpikir menggunakan air untuk mengatasi api. Tidak Saya sangka, Dewa Air Da Yu hanya mengatasi air, tidak mengerti cara mengatasi api. Saya benar-benar telah keliru.'


Saya berkata, 'Maaf kalau begitu. Anda boleh pulang.'

Saya membentuk mudra membubarkan, mengantar Dewa Air Da Yu kembali ke Langit.


Saya lalu teringat bahwa Dewa Vajra Kepala Api bisa masuk ke dalam neraka panas menghanguskan. Ia sendiri adalah kumpulan api yang berkobar-kobar, merupakan api vajra yang dapat membakar habis semua hawa kotor. Bertemu Dewa Vajra Kepala Api, karma ibu Chen Xiang bisa terbakar menjadi abu sehingga dapat keluar dari neraka.


Saya membaca syair dan mantra pengundangan Beliau:


'Satu api menyinari timur.

Sepuluh penjuru jelas semua.

Sakya menjelma.

Raja Dewa berkuasa.

Du lan. Du lan. Du lan.

Yo. Yo. Yo. (mantra)'


Dalam sekejab mata, Vajra Kepala Api menampakkan diri. Diatas kepala-Nya ada api. Sekujur badan-Nya berapi. Kaki-Nya menginjak awan api. Menerima titah Saya, Vajra Kepala Api langsung bertugas. Api tentunya harus bisa masuk ke dalam neraka panas menghanguskan. Api bergabung dengan api. Tetapi, Ia kembali sendirian, tetap tidak bisa menolong ibu Chen Xiang keluar dari neraka.

'Apa yang terjadi?'

Vajra menjawab, 'Api ditambah api. Ini sama saja dengan api yang diberi minyak, menjadi lebih panas menghanguskan.'

'Tolonglah dia.'

'Baru Saya sentuh, sudah hangus.'

'Jadi harus bagaimana?'

'Tidak berdaya.'

Maka, Vajra Kepala Api kembali ke Langit.


Akhirnya Saya teringat untuk meminta petunjuk pada Ksitigarbha Bodhisatva. Beliau adalah kakak senior Saya. Neraka (akhirat) adalah tanggung jawab-Nya. Beliau pasti punya akal untuk menolong ibu Chen Xiang.


Ksitigarbha menjawab, 'Asal hati tidak kacau, bisa tertolong.'

'Bagaimana supaya hatinya tidak kacau?'

'Suruh dia berzikir Nama Budha, memanjatkan mantra Budha. Bila dilakukan dengan tulus dan konsentrasi, itulah pintu Tanah Suci, cara membersihkan karma.'

'Kalau ia tidak mau berzikir Nama Budha, bagaimana?'


Ksitigarbha Bodhisatva menarik napas panjang, 'Makhluk hidup sungguh bodoh. Hanya satu kata Budha saja tidak mau baca, bagaimana menolongnya? Satu kata Budha merupakan obat untuk segala penyakit, pengabul semua harapan, menuntun insan keluar dari kesengsaraan reinkarnasi, lampu kebijaksanaan di malam yang gelap berkepanjangan. Telinga bisa mendengar kata ini saja berarti sudah berafinitas. Asal percaya di dalam hati, maka bisa berkontak. Hanya baca satu kata saja, maka kata ini akan berubah menjadi bunga teratai sehingga si insan yang menderita dapat keluar dari api derita menuju sorga.'


Setelah berpikir lama, Saya akhirnya mendapat satu siasat. Saya sendiri harus pergi ke neraka panas menghanguskan.
Terlebih dahulu Saya membaca rumus penghindar api. 'She Ta Jang Tiau. Pu Fang Pu Re. Fu He Tien Huo. Pu Tien He Yu. Ran. Yan. Gang.'


Dengan wujud yang agung dan terang, Saya menerobos ke neraka panas menghanguskan. Seluruh tubuh Saya dikelilingi sinar terang. Api tidak bisa mendekati tubuh Saya. Saya melihat ibu Chen Xiang ada di dalam api. Kondisinya sungguh sulit dilukiskan. Deritanya sungguh tak tertahankan. Racun api itu seperti ular yang melilit seluruh tubuh, membuat orang sukar untuk melarikan diri. Racun api juga seperti mayat busuk dengan bau amis yang menyengat hidung. Racun api itu seperti semut kelaparan. Ratusan ribu ekor semut naik ke tubuh, menggigit daging dan kulit, membuat orang sukar melarikan diri. Racun api seperti lahar gunung berapi yang mengalir keluar. Begitu tubuh tersentuh, isi perut akan pecah, tulang menjadi abu, membuat orang sukar melarikan diri.


Saya sungguh tidak tega melihat kondisinya yang begitu menyedihkan. Saya berharap semoga semua makhluk berhati welas asih, bijaksana, teguh dan lembut.


Saya berkata kepada ibu Chen Xiang, 'Saya adalah Liansheng.'

Si ibu berkata, 'Kau adalah Liansheng.'

'Apa yang ada disekelilingmu?'

Si ibu menjawab, 'Huo (api).'

Kata 'huo' (api) mirip dengan kata 'Fuo' (Budha).

Si ibu bisa diajarkan menyebut, 'Liansheng Huo (Fuo).'

Hanya satu kata Budha saja, Fuo saja.


Menurut metode Mahastamaprapta Bodhisatva, Budha mengajarkan-Nya untuk mengenang (merindukan) Budha.
Sebagai contoh, bila si A merindukan si B, tetapi si B tidak merindukan si A, maka mereka berdua tidak bisa bertemu (berjodoh).
Tetapi, bila keduanya saling mengenang dan saling merindukan sepanjang hidup, maka mereka bagaikan bayangan yang tak terpisahkan. Tathagata di sepuluh penjuru mengasihi makhluk hidup seperti ibu merindukan anak. Bila si anak melarikan diri, maka akan sulit bertemu. Tetapi, bila si anak (makhluk hidup) juga merindukan si ibu, maka keduanya bisa saling mendekat. Bila hati makhluk hidup mengenang dan merindukan Budha, maka ia pasti akan bertemu Budha. Budha tidak akan jauh darinya.


Saya mengajarkan ibu Chen Xiang untuk mengucapkan satu kalimat, 'Kau adalah Liansheng Fuo.'


Berzikir satu kata 'Fuo' ini saja sudah sangat luarbiasa. Tampaklah sekuntum bunga teratai yang bersih dan anggun serta berputar, memancarkan sinar yang sangat terang benderang, menembus angkasa. Ibu Chen Xiang telah berhasil diseberangkan, naik ke sorga.


Setelah arwah ibu Chen Xiang berhasil dibantu diseberangkan, ayah Chen Xiang (yang menderita penyakit lambung kronik) juga mengalami mukjizat. Pada suatu hari, ia bermimpi didatangi ibu Chen Xiang yang berkata, 'Penyakit lambungmu disebabkan oleh karma masa lalu mu melakukan pembunuhan. Kalau ingin sembuh, bergurulah kepada Liansheng Rinphoce. Dia adalah Padmakumara. Dia adalah tubuh penjelmaan Amitabha Budha. Maka, karma burukmu akan dibersihkan. Dalam satu bulan, kau akan sembuh.'


Chen Xiang mengantar ayahnya untuk datang berguru kepada Saya. Ternyata setelah satu bulan, penyakit lambungnya benar-benar sembuh, padahal ia sudah sakit selama bertahun-tahun. Sungguh ajaib.


Chen Xiang sendiri sekarang mendirikan altar, setiap pagi dan sore berlatih Padmakumara Guru Yoga. Ia dapat melihat ibunya yang di sorga menampakkan wajah dewa. Ibunya menampakkan diri kepadanya dua kali, bertubuh harum, berpakaian dewa, bermahkota ratna, bersinar, menunggang kuda putih, terbang di angkasa.

Pikiran Tidak Menghargai Nyawa – arwah yang bunuh diri, saat terlahir kembali akan menjadi orang yang “tuli, bisu, dan buta

Pernah ada yang menanyai saya, “Master Lu, tolong katakan sejujurnya pada kami, pernahkah Anda terpikirkan untuk bunuh diri?”


Saya menjawab, “Ada.” Saya berkata, “Saya mengatakan yang sejujur-jujurnya kepada kalian, saat saya kelas enam SD, saya pernah melakukan usaha bunuh diri satu kali.”

“Hah!” Semuanya sangat kaget.

Saya juga memberitahukan yang sebenarnya kepada mereka, “Adik kandung saya, Lu Zhaorong, adalah karena bunuh diri dengan meminum kalium sianida, sehingga meninggal.”

Begitu para hadirin mendengarnya, semuanya termangu-mangu dan terdiam.


Saya berkata:
Menurut seorang pakar psikologi ternama, di antara manusia terdapat orang yang cenderung melakukan bunuh diri, contoh nyatanya tidaklah sedikit. Orang yang memiliki kecenderungan pikiran ingin bunuh diri, itu terlebih lagi tidak sedikit.

Masih untung, begitu pikiran ingin bunuh diri muncul, segeralah padamkan dalam sekejap melalui pengertian. Jika tidak padam dan kembali lagi, manusia sebentar saja sudah mati bunuh diri semua.
Akhir-akhir ini saya menulis banyak artikel, menghimbau masyarakat, jangan ada pikiran menyepelekan nyawa, tidak boleh bunuh diri.


Saya adalah orang yang telah terbangun rohnya, saya tahu bahwa arwah yang meninggal karena bunuh diri, penderitaannya berkali lipat dibandingkan arwah lainnya, setelah meninggal bunuh diri, sangat susah mendapatkan kesempatan terlahir kembali, karma buruknya lebih berat. Itu merupakan karma berat karena membunuh makhluk hidup, menempati nomor satu dari lima sila pantangan.

Meskipun karma arwah bunuh diri telah berkurang, saat terlahir kembali menjadi manusia, juga akan terlahir sebagai orang cacat yang bisu, tuli, dan buta, atau cacat otak, kaki, tangan. Hidup di dunia, penderitaannya juga berlipat!

Orang yang meninggal karena bunuh diri, sejujurnya tidak akan mampu memperoleh rasa iba dari manusia di dunia!

Jangan-jangan malah membuat orang yang ingin menyingkirkan anda tersebut berjabat tangan erat dan lebih bergembira. Kerabat menderita, musuh bergembira, apa untungnya? Meninggalnya anda hanyalah sebuah kesia-siaan.

“Sudah menemui jalan buntu, harus bagaimana?”

Saya berkata, “Carilah kebahagiaan ‘di saat sekarang’! Jalan hidup manusia harus dilalui dengan bahagia hingga akhir.” 

“Dipermalukan, tekanan besar, sangat menderita, harus bagaimana?” 

Saya berkata, “Buddha mengajari kita ksanti-paramita, setelah lulus ujian kesabaran, maka akan bisa mencapai daratan seberang.”

Sekarang saya berpikir, asalkan tidak meninggal, kegembiraan dan kebahagiaan masih bisa datang. Namun jika telah mati, bahkan harapan pun sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, janganlah membuang nyawa, itu baru benar.

ALAM – ALAM KEHIDUPAN

Menurut pandangan agama Buddha, bumi kita ini hanya merupakan salah satu titik kecil saja di alam semesta, dan bumi bukan merupakan satu satunya tempat kehidupan makhluk. Juga bukan hanya manusia dan binatang yang merupakan makhluk yang hidup di bumi ini. Jumlah bumi di alam semesta ini banyak sekali dan begitu pula dengan makhluk hidup. Kelahiran dapat terjadi di alam yang lain, Ada 31 alam kehidupan yang dapat menjadi tempat kelahiran kembali makhluk berdasarkan pada karma baik atau buruk dari makhluk yang bersangkutan.


Ada empat alam tak menyenangkan ( dugati ) yaitu :

1. Niraya ( Ni + Aya : tanpa kebahagiaan )
yaitu alam menyedihkan tempat makhluk makhluk menerima dan mengalami hasil dari perbuatan karma buruk. Niraya terkenal juga sebagai neraka, tetapi bukan merupakan neraka yang kekal bagi makhluk. Setelah kekuatan karma buruknya melemah maka makhluk itu dapat terlahir kembali di alam yang lebih baik atau menyenangkan sebagai akibat dari karma baik mereka yang lampau.


2. Tiracchana yoni
yaitu alam binatan, makhluk yang terlahir menjadi binatang karena adanya karma buruk. Binatang dapat terlahir kembali di alam manusia sebagai manusia karena hasil dari karma baiknya yang lampau maupun sekarang. Walaupun hidup sebagai binatang, namun ada binatang binatang tertentu ( anjing, kucing dan lain lain ) yang hidup lebih baik daripada manusia. Kehidupan yang baik dari binatang binatang tersebut karena hasil dari karma baiknya yang lampau.


3. Preta
yaitu makhluk yang tak merasakan kesenangan. Makhluk makhluk di alam preta ini adalah setan atau hantu. Preta merupakan makhluk – makhluk yang berbentuk tak sempurna masing – masing dalam keadaan mereka yang berbeda beda bentuk. Dalam Anguttara Nikaya disebutkan bahwa ada tukang jagal yang terlahir menjadi preta.

Ada empat macam preta yaitu :
1. Vantasika yaitu preta yang hidup dari muntah
2. Khuppipasika yaitu preta yang selalu lapar dan haus
3. Nijjhamatanhika yaitu preta yang selalu haus
4. Paradattupajivika yaitu preta yang hidup berdasarkan dana dari orang lain
Paradattupajivika Preta yang disebutkan dalam Tirokudda Sutta adalah peta yang bila mendapat pembagian atau kiriman jasa dari keluarganya maka ia akan dapat terlahir kembali di alam yang lebih baik atau menyenangkan.


4. Asura
yaitu alam tempat setan asura. Asura secara harfiah berarti makhluk yang tak bersinar, Asura
Merupakan merupakan makhluk yang tak bahagia seperti Preta.



Tujuh alam menyenangkan ( sugati ) yaitu :

1. Manussa
yaitu alam manusia, alam manusia merupakan alam campuran antara menyenangkan dan
menyedihkan. Para Bodhisattva memilih alam manusia sebagai alam yang tepat untuk melayani dunia dan untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha, Para Buddha selalu lahir sebagai manusia.


2. Catummaharajika merupakan alam terindah dari alam surga
Alam ini merupakan alam kehidupan dari para dewa pelindung di empat penjuru bersama para pengikut mereka. Dewa pohon, Dewa bumi, Dewa angkasa dan lain lain termasuk dalam alam dewa ini.


3. Tavatimsa 
yaitu alam surga dari tiga puluh tiga dewa yang merupakan alam dari raja dewa sakka. Dalam alam surga ini Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada Para Dewa selama tiga bulan.


4. Yama
yaitu alam surga para Dewa Yama.


5. Tursita
yaitu alam surga menyenangkan
Biasanya Para Bodhisattva yang hampir sempurna paramita mereka hidup di alam surga ini. Alam surga ini merupakan alam terakhir bagi Bodhisattva sebelum terlahir di alam manusia sebagai manusia dan menjadi Samma Sambuddha.
Ratu Maya Devi, setelah tujuh hari melahirkan Pangeran siddartha, meninggal dunia dan terlahir di alam ini. Dari alam ini beliau ke alam surga Tavatimsa untuk mendengar Abhidhamma yang diajarkan Sang Buddha.


6. Nimmanati
yaitu alam surga dari Para Dewa yang menikmati kesenangan istana – istana yang diciptakan.


7. Paranommitavasavatti
yaitu alam surga dari Para Dewa yang menikmati ciptaan – ciptaan Para Dewa lain. Kehidupan Para Dewa di alam ini bagaikan orang yang selalu diundang ke pesta yang besar, meriah dan mewah.

Enam alam yaitu Alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tursita, Nimmanarati dan Paranimmitavasavatti merupakan alam surga dari Para Dewa yang tubuh fisik mereka adalah lebih halus dan lebih bersih dari tubuh manusia. Tubuh Para Dewa tak dapat dilihat oleh mata fisik manusia biasa. Makhluk di alam alam surga ini pada suatu saat akan meninggal atau lenyap dari alamnya masing masing. Walaupun kehidupan Para Dewa di alam surga lebih menyenangkan atau melebihi kehidupan manusia, namun kesucian dan kebijaksanaannya belum tentu melampaui kesucian dan kebijaksanaan manusia.
Makhluk – makhluk yang terlahir di alam ini berdasarkan karma baik mereka seperti melaksanakan dana, sila dan perbuatan karma baik lain. Tapi bila karma baik mereka telah habis dan tak sempat mengembangkan batin dengan belajar dan melaksanakan dhamma maka Para Dewa akan menemui ajal dan terlahir kembali di alam Dewa yang lebih rendah atau di alam manusia.


Empat alam tak menyenangkan ( dugati ) dan tujuh alam menyenangkan ( sugati ) di klasifikasikan sebagai alam nafsu ( kamaloka ) karena dalam sebelas alam ini, nafsu keinginan sangat kuat.
Lebih tinggi dari alam nafsu ( kamaloka ) adalah alam – alam Brahma atau rupa loka ( alam bentuk ) dimana makhluk makhluk menikmati kesenangan jhana yang dihasilkan oleh meditasi. Makhluk makhluk di alam alam ini tak memiliki nafsu inderiya dan mereka pun tak memiliki kelamin.

Rupaloka terdiri dari 16 alam dibagi sesuai dengan tingkat jhana yang dicapai yaitu :
Alam jhana pertama
1. Brahma Parisajja – Alam Pengikut Brahma
2. Brahma Purohita – Alam Para Menteri Brahma
3. Maha Brahma – Alam Maha Brahma
Alam alam ini dicapai oleh seseorang apabila ia meninggal pada saat berada dalam meditasi dan
Mencapai jhana I. Jika jhana I kuat sekali maka ia terlahir di alam Maha Brahma apabila sedang
Akan terlahir di alam Brahma Purohita dan seterusnya. Dari ketiga alam jhana I ini, Maha Brahma
Melebihi kedua alam lain dalam hal kebahagiaan, keindahan dan batas manusia.
Alam jhana kedua
4. Parittabha – Alam Brahma Cahaya Kecil
5. Appamanbha – Alam Brahma Cahaya Tanpa Batas
6. Abhassara – Alam Brahma Gemerlapan
Alam jhana ketiga
7. Parittasubha – Alam Brahma Aura Kecil
8. Appamanasubha – Alam Brahma Aura Tanpa batas
9. Subhakinha – Alam Brahma Aura Tetap
Alam jhana keempat
10. vehapphala – Alam Brahma Pahala Besar
11. Asannasatta – Alam Brahma Tanpa Pikiran
Dikatakan bahwa bila pada makhluk Asannasatta muncul pikiran maka Ia lenyap dari alam ini dan terlahir di alam lain.
Lima alam berikut disebut alam Suddhavasa atau alam kediaman suci yaitu :
12. Aviha
13. Atappa
14. Sudassa
15. Sudassi
16. Akanittha
Makhluk yang dapat terlahir di lima alam suddhavassa ini hanya para Anagami, yaitu Para Anagami yang tak melaksanakan meditasi atau yang tak meninggal pada saat berada dalam jhana I, II, III atau IV. Jika Anagami berada dalam jhana maka ia akan terlahirdi alam sesuai dengan jhana yang dicapainya. Orang biasa, sotapana maupun sakadagami yang telah mencapai jhana keempat tidak dapat terlahir kembali di salah satu alam Suddhavassa ini, kecuali di alam Vehapphala atau Asannasatta. Anagami yang mencapai jhana IV dan meninggal pada saat berada dalam jhana ke IV akan terlahir kembali di alam Vehapphala atau alam Asannasatta.
Disamping alam betuk ( Rupaloka) ada alam tanpa bentuk ( Arupaloka). Alam Arupa adalah alam tanpa jasmani, dalam Arupaloka tidak ada kelamin. Alam ini dicapai setelah seseorang sukses dengan Rupa jhana. 

Arupaloka terdiri dari empat alam yaitu :
17. Akasanancayatana – Alam Ruang Tanpa Batas
18. Vinnanancayatana – Alam Kesadaran Tanpa Batas
19. Akincanacayatana – Alam Kekosongan
20. N’eva Sanna na sanayatana – Alam Bukan Ide maupun Bukan Tidak Ide

Makhluk – makhluk yang belum melenyapkan semua kekotoran batinnya akan terlahir kembali di salah satu dari 31 alam berdasarkan pada perbuatannya. Bagi Para Arahat atau Buddha yang telah melenyapkan semua kekotoran batin, bila mereka meninggal dunia tidak akan terlahir kembali di salah satu dari 31 alam. Ketika Para Arahat dan Para Buddha meninggal, mereka Parinibbana atau mencapai nirvana secara total.

Rabu, 25 Juni 2014

Buku Mencerminkan Hatiku

Di masa depan yang tidak lama lagi, saya akan pergi

Karena wujud fisik yang semakin renta tidaklah berarti bagi seseorang

Hatiku berada di dalam lembaran demi lembaran buku

Itu adalah persembahan saya yang bermakna hakiki kepada kalian semua

Buku adalah bukti yang tertinggal

Mengingat masa lalu

Manusia ini memiliki berapa banyak bencana yang telah surut

Berapa banyak hujan angin badai

Namun kesadaran menulis buku dan melatih diri memerlukan pembelajaran

Buku menyimpan kekuatan gaib

Sama seperti payung Dharma yang mengawasi dan melindungi sadhaka

Asalkan membuka buku

Maka muncullah kekuatan Dharma

Saya selalu berharap dapat menyeberangkan semua insan tanpa sisa

Terus mengemudikan Bahtera Dharma yang membawa para insan

Memasuki Mahapadminiloka (Maha Dwi Kolam Teratai — Tanah Suci Padmakumara) yang hening nan damai

Semuanya indah dan berjalan lancar

Tiada angin

Tiada hujan

Jika kamu menemukan bahwa ada orang yang belum pernah membaca buku saya

Mohon persembahkan buku saya kepada mereka

Saya tidak membeda-bedakan murid orang lain maupun siapapun

Sebenarnya, makhluk lain juga adalah diri sendiri