Selasa, 15 Juli 2014

Karma Sesosok Roh Yang Sesat

Ketika aku masih kecil , aku mendengar sebuah cerita :


                Pada suatu hari setelah mencapai ke Buddhaan , Sakyamuni Buddha yg berwelas asih sedang berada di surga.  Ia memandang dunia dunia dan mengamati ke enam alam yang bertumimbal lahir (alam dewa, alam manusia, alam binatang,  alam jin, alam setan kelaparan, dan alam neraka).  Tiba-tiba beliau mendengar sebuah suara kecil memanggilnya, “Buddha ! Tlong ! Buddha ! Tolong !”



                 Sakyamuni Buddha mengikuti arah suara itu. Memandang ke bawah, ia melihat sebuah bunga teratai merah di kakinya . Sebuah lubang di teratai itu tersambung langsung ke lautan neraka. Semua mahluk di lautan neraka itu sedang timbul tenggelam, tak dapat membebaskan diri. Mereka sangatlah menderita.



                 Diantara mereka yg menderita di lautan neraka itu, terdapat seseorang yg bernama Afuka. Ia adalah seorang penjahat sewaktu ia masih hidup di alam manusia, dan ia telah membunuh banyak orang. Ketika ia meninggal, ia masuk ke dalam neraka dan tak mempunyai kesempatan utk terbebas. Ia telah mendengar orang-orang memuja nama Sakyamuni Buddha dan juga mendengar bahwa sang Buddha dapat menyelamatkan roh-roh dari lautan penderitaan. Karena nya, ia berteriak memohon pertolongan sang Buddha.



                 Sang Buddha yg berwelas asih merasa tersentuh hatinya. Ia melihat seekor laba-laba sedang membuat sarangnya di teratai yang di pijaknya dan melemparkan seutas benang laba-laba ke lautan penderitaan.

                Afuka segera menggapai benang itu dan mulai memanjat. Mahluk-mahluk lainnya di lautan penderitaan mengikuti Afuka memanjat naik.



                 Melihat mereka yang mengikutinya memanjat naik,  Afuka berpikir, “Aku yang memanggil Buddha meminta tolong. Sekarang orang-orang ini mengikutiku. Benang ini kan di lempar hanya untukku. Bagaimana orang-orang ini bisa tertolong ? Lagipula , benang ini bisa putus karena terlalu berat menanggung beban.  Bagaimana kalau aku terjatuh kembali kalau benangnya putus ?”  Berpikir demikian , ia mengeraskan hatinya dan mulai menendang orang-orang yang mengikutinya memanjat. Teriakan-teriakan kebingungan dan marah menyebabkan sang Buddha memandang lagi kepada mereka.



                 Beliau menarik napas panjang. Kemudian benang itu pun terputus. Semua mahluk itu, termasuk Afuka, terjatuh kembali ke lautan penderitaan. Afuka berteriak kembali meminta tolong kepada sang Buddha, tetapi karena Afuka memang harus menjalankan karmanya, maka sang Budha tidak lagi dapat mendengar  teriakannya.



                 Ada sebuah jangka waktu selama beberapa bulan ketika aku merasa ada sesuatu mahluk yang selalu mengamatiku dari sebuah sudut ruangan di rumahku. Ketika aku sedang naik motor , ia mengikutiku. Ketika aku bermeditasi aku dapat merasakan mahluk itu disampingku.  Tetapi aku tidak melihat wujudnya.  Aku tak menghiraukan hal ini selama dua bulan. Ketika aku tidak tahan lagi, aku berkata kepada mahluk tak berwujud itu, “Siapakah anda ? Harap wujudkan dirimu.”

                “Saya tidak berani. Rupa saya terlalu buruk.” Kata suara itu.

                “Anda datang dari mana ?”

                “Saya ada di neraka. Saya telah mendengar bahwa anda dapat melepaskan belenggu kami. Karena itu, saya mengikuti anda selama hampir dua bulan ini. Karena anda tidak enghiraukan saya, saya tidak berani berbicara… hanya dapat mengikuti anda dengan diam-diam.”

                “Apa yang anda inginkan dari saya ?”

                “Membebaskan saya dari neraka.”

                “Apa kejahatan yang anda lakukan ?”

                “Aku merampok dan mencuri barang-barang orang lain. Aku mencuri sepeda motor , mobil-mobil, uang turis ,.. apa saja yang bisa aku curi.”

                “Kalau begitu hukuman yang kau terima sungguhlah wajar.”

                “Sungguh ! Saya bersumpah. Saya tidak akan melakukannya lagi.”

                Tersentuh hatiku, aku berkata, “Baiklah, saya akan coba menolong.”

                Aku mengucapkan kalimat di bawah ini :
“Hal yang terpenting di dalam dunia ini adalah hal hidup dan mati. Ketika nafas terakhir terhembuskan,  maka kita sudah berada di suatu alam lain. Ketika pikiran kita menjadi jahat maka kita harus menjalankan lingkaran reinkarnasi. Ketika hati kita menjadi murni maka kita dapat melihat langit yang biru kembali.”

Aku melanjutkan dengan membaca mantra :
“Om Cha ro Di Ya , Soha.”

Aku melafal mantra 7 Budha penghilang karma :
“Li Po Li Po Ti
 Chiu Ho Chiu Ho Ti
 Thuo Lo Ni Ti
 Ni Ho Lo Ti
 Pi Li Ni Ti
 Mo Ho Cia Ti
 Ceng Lin Cian Ti
 Soha.”

                Di dalam keheningan selanjutnya, aku berkata kepada mahluk tak berwujud itu, “Sewaktu engkau terpikir akan Budha, Budha akan muncul di hatimu. Belenggumu terlepaskan sekarang. Kau telah bebas.”

                Aku menunjuk kepada belenggu itu, dengan kedua jari ku, dan belenggu itupun sirna.
                Mahluk tak berwujud itu berjingkrak jingkrak kesenangan.

                Beberapa hari kemudian , mahluk itu kembali kepadaku,  tangannya di belenggu kembali, dan ia memintaku untuk membebaskannya kembali.

                “Kan aku sudah melakukannya.”
                “Tetapi belenggu ini kembali lagi.” Katanya meratap.
                “Jadi, kejahatan apa yang kau lakukan kali ini?”
                Ia bergumam gumam sesuatu , tidak menjawab. Akhirnya, ia mengaku bahwa ia mencuri bunga teratai di bawah kaki sang Budha di sebuah kuil, dan langsung saja belenggu itu kembali kepadanya.

                Ketika pikiran kita bangkit,
                Dharma bangkit,
                Ketika pikiran sirna,
                Dharma pun sirna.

                Aku membaca doa lagi untuknya serta bermudra dan bermantra 7 Budha, tetapi belenggu itu tetap membelenggu dirinya dengan kuat. Aku tak berdaya lagi menolongnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar