Senin, 14 Juli 2014

Samakah Roh dan Tubuh Maya?

Seseorang bertanya, "Samakah bardo, tubuh maya, tubuh spirit, dan roh?"

Saya menjawab:

Jika bardo, tubuh maya, tubuh spirit, roh adalah sama, buat apa kita melatih "tubuh maya"?

Jika roh dan Buddhata adalah sama, buat apa kita menyaksikan "Buddhata"?

Saya yakin sepenuhnya bahwa:

Bardo, tubuh spirit, roh adalah nama yang sama.

Beda dengan tubuh maya.

Saya jelaskan lewat satu contoh:

Samakah orang awam dan orang suci?

Orang awam -- roh.

Orang suci -- tubuh maya.

Orang awam sendiri adalah duniawi, sedangkan orang suci adalah pencerah yang memiliki kebijaksanaan, sama-sama manusia, namun, karena satu tidak mencapai pencerahan, satu lagi mencapai pencerahan, sehingga berbeda.

Jadi, saya berkata:

Roh itu kasar.

Tubuh maya itu halus.

Roh adalah prana kasar dari Pancaskanda (rupa, perasaan, pikiran, perbuatan, dan kesadaran).

Tubuh maya adalah prana kasar yang telah diubah menjadi prana halus setelah melewati pelatihan. Prana halus ini mampu memancarkan terang, bahkan berubah menjadi cahaya pelangi, cahaya Buddhata.

Semua manusia memiliki Buddhata, namun Buddhata itu tersembunyi, asalkan melewati penekunan Dharma yang benar yang bebas leluasa dan telah mencapai perpaduan terang-sunya, sehingga seluruh prana Pancaskanda berubah menjadi cahaya, bahkan 5 unsur utama dari tubuh fisik pun berubah menjadi terang, sadhaka pun berhasil mencapai mahasiddhi sinar pelangi.

Kita juga boleh menjelaskan seperti ini:

Roh yang telah disucikan disebut tubuh maya. Sedangkan, roh itu mengandung rintangan karma.

Tubuh maya terbentuk dari prana suci ditambah Buddhata. Versi Tantra: di tengah nadi tengah, tubuh maya tersusun satu per satu, satu per satu tubuh maya keluar dari ubun-ubun, itulah titisan di luar tubuh.

*

Dalam aspek ini, kalangan maha-sadhaka turun-temurun juga menjelaskan:

Misalnya:

Dari mineral emas diolah menjadi emas murni.

Mineral emas adalah roh.

Emas murni adalah tubuh maya.

Saya Mahaguru Lu, awalnya adalah tubuh seorang awam biasa, namun, setelah mata langit saya dibuka oleh Yaochi Jinmu dan dibimbing oleh guru berwujud dan guru tidak berwujud, setelah mengalami fitnah dan kegagalan yang tidak terhitung, setelah melewati penekunan yang tidak pernah berhenti sehari pun, baru bisa mencapai pencerahan / memahami hati, dan menyaksikan Buddhata.

Sejak itu, kebijaksanaan agung terpancar luas.

Saya telah menghasilkan "tubuh maya".

Saya menyebutnya "tubuh paling halus".

"Tubuh maya" ini bebas leluasa, punya daya gaib kaki dewa, bisa menjelajahi 10 penjuru alam suci Buddha, bisa mencapai 4 alam suci.

Punya daya gaib membaca pikiran insan lain, bisa memahami pikiran umat dan orang lain.

Punya daya gaib mengetahui tumimbal lahir terdahulu, menerobos masa lalu, sekarang, dan masa depan, tiga masa adalah satu.

Punya daya gaib telinga langit, mampu mendengar Buddhadharma di 10 penjuru alam Dharma.

Punya daya gaib mata langit, mampu melihat 10 penjuru alam Dharma.

Punya daya gaib tanpa tiris, bebas dari kerisauan, bebas dari rintangan karma, seluruh kebijaksanaan pun maha-sempurna.

"Dharmadhatu-jnana". (Kebijaksanaan sifat fisik alam Dharma)

"Adarsa-jnana". (Kebijaksanaan maha-cermin bundar)

"Samata-jnana". (Kebijaksanaan sifat kesetaraan)

"Pratyaveksa-jnana". (Kebijaksanaan pengamatan mulia)

"Anusthana-jnana". (Kebijaksanaan hasil perbuatan)

Saya menulis buku "Dharmaraja Masa Kini Menjawab Keraguan" ini, sangat dalam dan menakjubkan. Tanpa dasar yang pasti, sulit sekali memahami "tubuh maya" dan "roh", jadi, dalam menulis, saya mesti pertimbangkan selapis demi selapis, analisa selapis demi selapis, baru bisa menuliskan intisarinya.

"Roh" dan "tubuh maya" adalah satu (sama).

"Roh" dan "tubuh maya" adalah dua (beda).

Bukankah ini kontradiksi?

Renungkanlah dengan seksama!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar