Rabu, 24 Desember 2014

Flying Carpet Of The East (Episode 1)

1. Awal pengalaman yang unik dan gaib


Pada suatu malam, di tahun 1969, aku bermimpi mendaki sebuah gunung yang tinggi. Di puncak gunung berdiri sebuah kuil kuno. Aku berjalan masuk tanpa merasa ragu ragu seakan akan aku sedang pulang ke rumahku sendiri.


Di dalam kuil banyak terdapat arca dewa dewa. Diantara arca arca itu, ada yang berwajah ramah dan welas asih; ada yang terlihat angker; ada juga yang terkesan agung dan berwibawa. Aku berjingkat jingkat masuk ke ruang utama kuil itu; disana sudah berdiri seorang yang sangat tua mengenakan jubah pendeta. Ia merangkapkan kedua tangannya di depan dada memberi salam dan berkata, "Aku telah lama menunggu kedatanganmu."

"Maaf, bapak dan saya tidak saling mengenal. Jadi bagaimana dapat di katakan ada suatu janji pertemuan ?" Jawabku.

"Bagaimana tidak kenal ? Kita berdua telah mengalami tiga agama bersama sama dan sudah menjelajahi empat lautan bersama sama. Kita bertemu setiap 500 tahun. Meskipun engkau terjatuh ke dalam neraka yang paling dalam sekalipun dan menjadi seorang setan jahat, aku akan tetap mengenalimu."

"Apa maksud bapak ?", tanyaku.

"Engkau tidak akan mengerti kalau tidak di pukul," kata pendeta itu. Ia mengangkat kebutannya dan mencambuk kepalaku. Merasa kaget, aq terbangun dari mimpiku itu.


Aku termasuk orang yang jarang bermimpi. Dari semua mimpi mimpiku, mimpi ini merupakan yang pertama yang aku dapat ingat dengan jelas sewaktu aku telah terbangun. Pagi itu adalah hari Minggu, dan ibuku memintaku menemaninya ke kuil. Jadi meskipun aku seorang Kristen aku memutuskan untuk menemaninya ke kuil di dekat rumahku. Aku pergi ke kuil bukan untuk membakar hio atau untuk berlutut di depan arca arca dewa tetapi seperti seorang turis yang mengunjungi tempat wisata. Didalam hati aku menertawakan orang orang yang berlutut di depan arca arca dewa, apalagi bila orang orang itu berpakaian sangat perlente. Sangat lucu bagiku melihat mereka bersembah sujud di depan arca arca dengan muka yang begitu serius.


Kuil yang kudatangi itu tidak begitu besar. Namanya adalah Yu-huang-kung (kuil Maha Dewa Giok Hong Ta Ti). Yang mengurus kuil itu adalah seorang pendeta yang bernama Shih Hui-ling. Hampir semua arca arca dewa di kuil itu asing bagiku. Ternyata di hari itu di selenggarakan suatu perayaan. Kuil itu begitu penuh dengan orang orang yang berdesak desakan. Karena ruangannya sangat penuh dengan asap hio, aku keluar ke lorong di samping kuil untuk menghindari asap.

Dari tempat aku berdiri aku memandang ke dalam kuil dan melihat bahwa di antara keramaian ada seorang wanita berbaju hijau. Kelihatannya ia telah mencapai usia lebih dari 50tahun. Ia berlutut di depan arca arca itu dan sepertinya sedang bercakap cakap dengan arca arca itu. Banyak orang yang mengelilinginya. Ia sedang menjawab pertanyaan mereka. Tiba tiba wanita itu berdiri dan berteriak, "Siapakah yang bernama Lu Sheng-Yen ? Siapa di antara kalian yang bernama Lu Sheng-Yen ?" Aku mendengar ia memanggil manggil namaku, meskipun aku berdiri di luar kuil.


Ibuku juga mendengar teriakan itu. Ia maju ke depan dan bertanya, "Mengapa anda mencari Lu Sheng-Yen ?"


"Bukan aku yang mencarinya," jawab wanita berjubah hijau itu.

"Cepat bawa dia kemari. Para dewa ingin menyampaikan sesuatu."

Aku masuk ke dalam dan berdiri di hadapannya. Wanita itu berwajah buruk. Satu matanya melihat keatas dan satunya lagi melihat kebawah. Mulutnya miring. Orang orang di sekelilingnya menjelaskan bahwa konon satu matanya itu melihat ke surga dan satunya melihat ke neraka.


"Apakah engkau Lu Sheng-Yen?",tanya wanita itu.

"Betul. Mengapa anda memanggil saya?"

Tanpa menjawab, ia berlutut lagi dihadapan arca dan mulai bergumam dengan suara kecil tak terdengar. Kemudian ia menoleh kepadaku, "Engkau seorang Kristen,bukan ?"

"Betul," jawabku.

"Engkau lulusan unversitas?"

"Betul".

"Apakah engkau mengerti mimpi yang kau alami tadi pagi ?"

Aku tercengang! Bagaimana ia bisa tahu tentang mimpiku itu ? Aku tidak memberitahu siapapun juga, bahkan ibuku sendiri. Betapa misteriusnya hal ini ! Wanita itu terus mengajukan pertanyaan kepadaku, dan semua jawabanku adalah "Ya" dan "Betul". Semua yang dikatakannya betul adanya.

Akhirnya wanita itu berkata, "Para Boddhisatva menginginkan engkau menjadi wakil mereka dengan cara mengulas Dharma, membantu melenyapkan kebingungan, menguatkan nilai nilai kebajikan, dan melenyapkan kejahatan. Sekarang engkau mempunyai sebuah tanggung jawab yang besar. Para Boddhisatva memilih engkau untuk menyebarkan Dharma."


"Saya? Saya tidak tahu apa apa!" Jawabku

"Memang sekarang engkau tidak mengetahui apa apa, tetapi bila engkau berlutut di sampingku, maka banyak hal akan di bukakan kepadamu. Mari, berlutut dan rapatkan kedua tanganmu," kata wanita berjubah hijau itu.


Aku meniru gerak geriknya dan berlutut. Orang orang berkerumun mengelilingi, termasuk ibuku dan biksu yang mengurus kuil.
Begitu aku memejamkan mataku sesuatu yang gaib terjadi. Aku melihat seberkas sinar muncul di hadapanku dan didalam sinar itu muncul tiga Boddhisatva, yang masing masing duduk di sebuah bunga teratai. Badan mereka memancarkan tujuh macam warna yang berkemilauan. Aku bertanya kepada diriku sendiri apakah aku sedang bermimpi, daan aku dapatkan bahwa aku sama sekali tidak bermimpi ! Aku betul betul melihatnya dengan kedua mataku sendiri di tengah hari bolong !

Sang Boddhisatva yang di tengah berkata, "Pelajarilah ajaran Buddha dengan sepenuh hati."

Yang satunya lagi berkata, "Dengan sepenuh hati jalankan kebajikan."
Kemudian mereka sirna, dan muncullah dari langit kain merah raksasa yang bersinar. Di kain itu tertulis dua kata yang bersinar keemasan : Setia dan Adil.


Aku mendengar sebuah suara berkata : "Hari ini Maha Dewa menganugrahkanmu dua buah kata : Setia dan Adil. Dua kata ini akan menjadi prinsip dasar hidupmu dalam kehidupan kali ini. Untuk mengetahui apa yang engkau seharusnya lakukan dan tidak lakukan, tanyalah hati nuranimu terlebih dahulu. Asal hati nuranimu di dalam segala hal tentram dengan langit dan bumi sebagai saksi, Tao yang sesungguhnya berada di mana mana akan terbuka bagimu."


"Apakah engkau sudah melihatnya?" Tanya wanita berjubah hijau itu.

"Ya, bukan cuma melihat tetapi saya juga mendengar. Tetapi bagaimana ini mungkin ?" tanyaku

"Banyak hal hal yang sulit dipercaya. Hari ini engkau baru mengalami sedikit saja. Sedikit sedikit engkau akan mengerti lebih banyak. Engkau akan melihat, mendengar, dan merasakan hal hal yang orang pada umumnya tidak alami. Perlahan lahan para dewa akan mengajarmu."

Aku masih sukar mempercayai apa yang aku baru saja alami, tetapi karena begitu nyatanya yang aku alami --- mau tidak mau aku jadi percaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar