Rabu, 25 Juni 2014

Bahaya iri hati

Dalam perjalanan astral – -

Saya melihat sesosok paman yang sangat welas asih yang dulu saya kenal, sedang menderita di dalam neraka. Batinku sangat gelisah, sedih, kaget, sekaligus takut.

Paman ini sangat saya hormati. Sepengetahuan saya, orang ini sangat dielu-elukan masyarakat karena selama hidupnya tidak berani melakukan kejahatan, senang berbuat kebajikan. Begitu mengetahui ada kesempatan berbuat kebajikan, pasti bergembira. Mencetak sutra, membuat rupang Budha, berdana pada fakir miskin, membantu korban bencana alam, menyumbangkan tenaga dan materi, telah melakukan tidak sedikit kebajikan terhadap orang banyak, dapat dikategorikan sebagai seorang yang sangat berwelas asih.

Paman yang seperti ini, bagaimana bisa masuk ke dalam neraka? Karena pernah ada suatu kejadian yang sangat terpuji, di mana paman ini pernah menduduki jabatan yang tinggi di perusahaan yang besar. beberapa pengusaha besar sering berusaha menyogoknya di tengah malam. Paman ini tidak hanya menolak, tapi juga segera mengantarkan tamunya pergi dengan mobil, sedikitpun tidak  tergoda.

Orang ini memiliki kualitas sejati (tulen), kenapa bisa terlahir di alam neraka?

Kemudian, saya bertanya padanya:”Kenapa bisa?”

Beliau menjawab: ”Sesaat”

“Apanya yang sesaat?”

“Tidak bisa menahan amarah sesaat.”

Setau saya, paman ini pernah dicelakai rekan sekerja, sehingga akhrinya melepaskan jabatannya. Semakin dipikirkan semakin tidak rela, paman ini akhirnya menyalakan api dan membakar pondokan khusus karyawan di perusahaan tersebut. Dan, kejadian ini telah menyebabkan tidak sedikit nyawa yang melayang maupun korban luka-luka.

Ketika saya mengetahui hal tersebut, saya sangat muram.

Kutipan dari Kitab ”Memasuki Inti” 《入中論》 : “Timbulnya iri dan benci yang hanya sesaat, sudah cukup untuk memusnahkan ratusan kebajikan yang telah dilakukan.”

Dalam Kitab “Bodhisattvacaryavatara” (《入菩薩行》- Memasuki Jalan Bodhisatva) dari Shantideva Bodhisattva* tertulis: “Tidak peduli berapa banyak kebajikan yang telah diperbuat, seperti memberikan persembahan kepada Buddha atau berdana kepada makhluk luas, karma baik yang telah diperoleh dari beribu-ribu perbuatan bajik ini, dapat dimusnahkan hanya oleh rasa iri dan benci yang kecil.”

Ibarat api memusnahkan hutan kebajikan.

Saya menyadari, di dunia ini, perbuatan yang kelihatannya mustahil terjadi, sangat mungkin terjadi hanya karena kalap/ketidakwaspadaan sesaat.

Karena amarah sesaat, tidak sengaja telah membunuh orang.

Karena amarah sesaat, petir menyambar kepala, mengobarkan api kebencian.

Karena amarah sesaat, kejahatan timbul di hati, tamatlah sudah.

Bahaya yang ditimbulkan oleh ini tidaklah kecil.

Harus bisa bersabar, bersabar, bersabar, bersabar… Hanya dengan bersabar, barulah bisa mencapai “tiada masalah”.

1 komentar:

  1. Kemarahan sungguh berbahaya.
    Hanya mendatangkan penderitaan.
    Jauh dari ketenangan hati apalagi kegembiraan hati.
    Menyadari kemarahan sungguh hanya mendatangkan kegelisahan di hati

    BalasHapus