Rabu, 25 Juni 2014

Arwah Seekor Anjing

          Suatu malam, saya sudah tidur, tiba-tiba terbangun, saya melihat jauh di luar jendela ada segumpalan cahaya merah beterbangan, bagaikan bintang yang sangat terang, melesat ke depan tempat tidur saya, setelah berputar-putar beberapa kali, tak lama kemudian, mengayun dengan lembut dan berdiam di lantai.
Saat itu gumpalan cahaya merah telah lenyap, namun berubah wujud menjadi seekor anjing serigala yang besar.
Sepanjang hidup ini, yang paling saya takuti adalah ular, sebab melihat ular merayap amat menjijikan. Saya juga tidak suka dengan anjing, karena gonggongannya menyeramkan. Saya sungguh tidak suka melihat rupanya yang ganas.

Saya mengamati anjing serigala ini, menunggu sesuatu yang bakal terjadi.
Anjing serigala ini mondar-mandir di depan tempat tidur saya, lalu dengan posisi setengah bersujud ia berhenti di depan tempat tidurku, Anehnya ia mampu beranjali seperti layaknya manusia, dan berulang kali menyembah saya, kelihatannya tidak bermaksud jahat.
Saya sengaja berbaring, tidak menghiraukannya.

Setelah agak lama ia menyembah, melihat saya tidak bergerak, ia mulai menggoyang-goyangkan tempat tidurku. Kini saya tidak dapat lagi berpura-pura.
Saya seakan-akan terbangun dan bertanya, “Ada apa?”
Tak disangka, anjing serigala ini mendengar saya bertanya, ia pun kembali beranjali berulang kali. Melihat gerak-geriknya, saya menjadi tertawa.


“Sebenarnya ada apa?”

Anjing serigala hanya beranjali.

“Ada keperluan yang dapat saya bantu?”

Anjing serigala mengangguk-anggukkan kepala. Kini saya mengerti bahwa anjiing serigala ini memang datang memohon bantuan padaku.  

“Perlu bantuan apa?”

Anjing serigala tak dapat berbicara, ia agak panik dan berputar-putar di tempat, tiba-tiba ia mengambil kaus kakiku yang berwarna putih dengan menggigitnya. Saya berkata, “Kaus kaki putih.” Ia mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya.

Itu berarti tebakanku ada yang betul ada yang salah, artinya hanya betul separuh. Saya bolak-balik berpikir, tiba-tiba tersadar, pasti anjing serigala ini ada hubungannya dengan seseorang yang sedang butuh bantuan padaku, kalau begitu, besok sore Saya akan berkunjung ke rumah Bai Wenkui, jangan-jangan anjing serigala ini menggigit kaus kaki putih ada hubungannya dengan keluarga Bai (putih, Red.).

Saya berujar, “Anjing serigala dari keluarga Bai.”

Ternyata anjing serigala menganggukkan kepala. Aha, saya amat girang karena benar berdugaan.

“Nah, sekarang sudah tahu bahwa anjing serigala ini adalah milik keluarga Bai, namun apa yang dapat saya bantu?”

Begitu ditanya lagi, anjing serigala kembali panik dan berputar-putar di tempat, ia tak mampu lagi mengungkapkan isi hati, dan saya pun ikut panik. Ia hanya mengetuk lantai dengan kakinya.
Akhirnya saya menemukan satu cara, Saya memberitahu pada anjing serigala, bahwa esok dini hari saya akan berkomunikasi dengan Dewa Bumi Keluarga Bai. Dewa Bumi adalah Dewa yang menghuni di sebuah keluarga, memahami urusan keluarga tersebut baik yang besar maupun yang kecil, tentu akan memahami pula keinginan anjing serigala, dan setelah mengetahui urursannya, saya tentu dapat membantu.
Selesai mendengarkan halini, anjing serigala menganggukkan kepala dengan senang hati.
Ia kembali berubah wujud dalam cahaya merah, lalu melesat keluar melalui jendela.


                                 *     *     *

Keesokan harinya, saya tak lupa mengundang kehadiran Dewa Bumi keluarga Bai. Saya menggunakan Fu yang berbunyi ‘Mengutus pengabdi untuk menjemput Dewa Bhumi keluarga Bai agar segera tiba’.Lalu dalam samadhi saya memanjatkan mantra, “Marga Dewa nan cerah, Marga Bumi nan tenang, Marga Manusia nan aman, tiga unsur berpadu ...”

Belum usai memanjatkan ‘Mantra Maha-Tao’ ini, Dewa Bumi Keluarga Bai telah berkunjung tiba.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa Sheng-yen Lu begitu hebat, undang siapa pun bisa hadir, apakah kemampuan ini betul ada?

Ketahuilah, semua ini adalah kebenaran nyata.

Dalam ‘Mula Sasvarti Vada’ Tantra berbunyi:

Samadhi memiliki prasakha
Akan memperoleh pancabhijnah (lima kekuatan sakti, Red.)
Tantrayana menghendaki seorang sadhaka setelah relaks dalam pernapasan, menyerap keheningan alam, dalam kondisi tiada berbeda dengan alam, memasuki samadhi, dan dari sinilah memperoleh hati yang jernih. Oleh karena memperoleh hati yang jernih, dengan sendirinya akan timbul panca-cakhuni (mata jasmani, mata dewa, mata prajna, mata Dharma, mata Buddha) serta sad-abhijnah.
Keenam kekuatan super natural ini berasal dari hati yang jernih.

....

Untuk dapat mencapai tingkatan ini, sebait gatha dari Nagarjuna mengungkapkan:
Setiap Dharma yang dimiliki Sang Pewaris,
jauh dari perbedaan dan pemikiran;
setiap Dharma itu sunya dan tak memiliki jati diri,
saya katakan itu adalah alam Dharmadatu.

‘Dewa Bumi Keluarga Bai’ berwujud seorang nenek tua, rupanya ia adalah nenek leluhur dari saudara Bai Wenkui!
Ia bertanya kepada saya, “Bhiksu mengundang saya apakah berkaitan dengan urusan anjing serigala?” rupanya ia sudah mengetahuinya.

“Betul.”

Ia berujar, “Anjing serigala ini telah bertahun-tahun melindungi Keluarga Bai, amat setia pada pemiliknya, pernah dua kali mengenyahkan orang jahat, juga pernah satu kali membantu pemilikinya mematahkan serangan seorang jagoan, Kelaurga Bai amat menyayangi anjing serigala ini. Setelah anjing serigala ini mati, Kelaurga Bai menguburnya di halaman rumah belakang. Dan arwah anjing serigala ini masih saja melindungi Keluarga Bai sebagaimana ia masih hidup, hanya saja Keluarga Bai tidak mengetahuinya. Anjing serigala ini memang sangat cerdas.”
Ia melanjuti berkata, “Kini, Keluarga Bai berencana renovasi rumah, bermaksud memperluas bangunan rumah hingga ke halaman rumah belakang, dan posisinya persis di atas kuburan anjing serigala ini, tulangnya pasti akan dibongkar, syukur bisa dimakamkan kembali di tempat lain, bisa juga dibuang begitu saja. Anjing serigala ini takut kalau tulangnya dibuang, maka ia datang memohon pada Anda.”

Saya menganggukkan kepala, teringat anjing serigala sempat mengetuk-ngetuk lantai dengan kakinya, rupanya semua ini punya makna, yaitu kuburannya akan dibongkar.

“Sekarang apa yang harus dilakukan?”

Nenek leluhur Bai Wenkui jadi tertawa, menampakkan dua buah gigi depannya yang dilapisi dengan emas.

“Bhiksu ‘kan orang berilmu, buat apa bertanya padaku?”

“Tentu harus mohon petunjuk!”

Ia berkata, “Rencana renovasi bangunan rumah sudah menjadi positip, dan kuburan anjing serigala sudah pasti tak dapat dipertahankan, sesudah renovasi pun tak ada lagi tempat lowong untuk kuburannya. Kini satu-satunya cara adalah mohon melalui kemampuan Anda menuntun arwah anjing serigala tersebut masuk ke dalam rumah Bai, lalu berpesan pada Keluarga Bai agar meletakkan sebuah patung anjing serigala, besar ukuran tidak bermasalah, asalkan anjing tersebut mempunyai obyek penghunian, di mana ia akan terasa tenang. Atas bantuan Anda, ia pun akan berterima kasih. Bukankah  dengan demikian semuanya akan beres?”

“Cara ini cukup bagus.” Saya berterima kasih dengan beranjali.

Nenek leluhur Bai Wenkui berkata, “Beritahu Bai Wenkhui agar lebih disiplin, kembang liar di luar itu berduri, jangan sembarangan memetik, saya sebagai nenek leluhurnya sudah mulai marah!”

Saya tertawa sambil berujar, “Saya akan menyampaikan.”


                                    *     *     *


Sore harinya, Saya berkunjung ke rumah tinggal Bai Wenkui untuk urusan Fengshui. Kelaurga Bai bermaksud renovasi rumah, saya diminta petunjuk secara detil.
Bai Wenkui adalah bekas teman sekolah saya, maka di antara kami berdua tidak perlu lagi basa-basi.
Saya berdiri di halaman rumah belakang, dan menunjuk pada sebuah onggokan tanah, “Di dalam ini ada tulang anjing serigala.”

“Bagaimana Anda tahu?” Bai Wenkui terkejut. Meskipun Bai Wenkui adalah teman sekolah, namun ia tidak pernah bercerita tentang anjing serigalanya pada saya.

“Tentu tahu.” Saya tidak bermaksud memberitahu bahwa anjing serigalanya pernah datang memohon pada saya.
“Kami kebetulan sedang pusing bagaimana harus membenahi tulang anjing serigala ini!”

Saya berkata, “Begini saja! Setelah tulang anjing serigala sudah dikeluarkan, masukkan saja ke dalam pundi dan disemayamkan ke vihara. Sedangkan arwahnya akan saya tuntun, Anda cukup meletakkan sebuah patung anjing serigala di dalam rumah, nanti saya akan mengabhisekanya, dengan demikian arwahnya memiliki wadah penghunian.”

“Sungguh merepotkan, soal patung kami dapat menyanggupinya, namun masalah arwahnya...sudahlah, toh ia sudah mati, buat apa sih?”

“Ini....” saya berkata, “Ini adalah pesan yang disampaikan oleh nenek leluhur keluargamu.”

“Pesan dari nenek leluhurku? Saya tidak percaya, dia sudah lama meninggal.”

“Pagi tadi saya sempat bertemu dengannya.”

“Ha, Anda bergurau! Coba, apa ciri-ciri nenek leluhurku?”

“Nenek leluhurmu mempunyai dua buah gigi depan yang dilapisi dengan emas.”

Bai Wenkui terperanjat, “Ya, benar! Tapi...saya masih tidak percaya!”

“Nenek masih berkata bahwa ia semakin teringat Wenkui semakin marah, berani-beraninya Wenkui memelihara wanita simpanan, cepat bertobat, kalau tidak orang dan harta pun akan segera lenyap.”

Wajah Bai Wenkui tampak pucat pasi.

Belakangan, Bai Wenkui baru memberitahu saya bahwa apa yang telah dikatakan oleh neneknya itu benar, ia telah memesan apartemen untuk dihuni wanita simpanannya, dan wanita itu sempat menguras hartanya, lalu kabur dengan pria lain, kini sama sekali tidak ada beritanya.
Sungguh, orang dan harta lenyap semua.

Untung saja nenek leluhur memberi peringatan, Bai Wenkui pun segera menghentikan langkah, kalau tidak ia akan memberikan rumah yang lebih besar, mobil, perabot mewah, dan uang. Wanitanya itu sungguh mata duitan.
Di samping itu, Bai Wenkui tetap menuruti cara saya membenahi anjing serigala tadi.
Semuanya dapat diselesaikan dengan baik.


                                                *     *     *


Bai Wenkui bertanya pada saya, “Sungguh aneh, seekor anjing dapat tetap melindungi tuannya setelah mati?”

“Arwah anjing setia melindungi rumah pemiliknya, hal ini tidak aneh.”

“Nenek leluhurku sudah lama meninggal, dan masih menghuni di dalam rumah?”

“Ia telah menjadi Dewa Bumi yang melindungi rumah hunian.”

“Sungguhkah ada alam baka?”

Ying-yang (baka dan fana, Red.) meskipun merupakan dua sisi yang berlainan, namun sesungguhnya kedua-duanya ada, hidup ini bagaikan mimpi, mati pun bagaikan mimpi, semuanya mimpi belaka.”

“Tidak mengerti.”

“Meskipun alam fana merupakan alam materi, tetapi begitu ikatannya sudah lenyap, semuanya akan binasa, bagaikan mimpi dan gelembung. Alam baka meskipun bukan alam materi, namun memiliki wadah spiritual, juga bagaikan ilusi. Oleh sebab itu saya katakan hidup dan mati semuanya bagai mimpi.”

“Apakah makna dari kehidupan?”

Saya menjawab, “Bersadhana.”  

“Untuk apa bersadhana?”

“Hidup dan mati terkendali oleh diri sendiri, bebas dan leluasa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar